Page 80 - e-book sungai musi
P. 80
Sudah banyak hasil kajian Inter governmental Panel on
Climate Change (IPCC) yang membuktikan bahwa adanya keterkaitan
antara pertumbuhan kandungan CO 2 hasil pembakaran fossil fuel
dengan naiknya suhu bumi berikut dampaknya pada perubahan iklim.
Pengaruh pembangunan jelas terkait dengan penurunan kualitas
lingkungan. Lalu lahir tuntutan Protokol Kyoto dalam rangka
“Convention on Climate Change” yang disepakati dalam World
Conference Environment and Development, Rio de Janeiro, 1992,
dengan membatasi emisi gas rumah kaca demi mencegah terlewatinya
ambang batas 450 ppm kadar zat cemar gas rumah kaca di udara
o
sehingga suhu panas bumi tidak melewati 2 Celcius kenaikannya.
Dampak pembangunan ekonomi akan dikaitkan secara gamblang
dengan kerusakan lingkungan global sehingga dituntut perubahan
dalam cara kita membangun guna menyelamatkan dunia dari
kehancuran kehidupan akibat perubahan iklim global.
Selanjutnya dalam Konferensi Pembangunan Berkelanjutan
pada 25 September 2015, 193 negara anggota PBB mengadopsi
Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Agenda Pembangunan
Berkelanjutan ini terdiri dari 17 Sustainable Development Goals
(SDGs) atau dalam bahasa Indonesianya Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.Tujuan SDGs adalah untuk mengakhiri kemiskinan,
memerangi kesenjangan dan ketidakadilan, serta menghadapi
perubahan iklim yang diharapkan bisa dicapai pada tahun 2030.
SDGs, dibuat berdasarkan Tujuan Pembangunan Milenium
(MDGs), yaitu delapan target yang disepakati dunia untuk diraih pada
tahun 2015. MDGs telah memperlihatkan perkembangan yang sangat
besar, meskipun belum semua orang terbebas dari kemiskinan.
48 SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan