Page 18 - jogja2018report1
P. 18
2.1.1 Etimologi
Wilayah yang kemudian menjadi keraton dan ibukota Yogyakarta telah lama
dikenal sebelum Sultan Hamengkubuwono I memilih tempat itu sebagai pusat
pemerintahannya. Wilayah itu dikenal dalam karya sejarah tradisional (Babad).
Babad Giyanti mengisahkan tentang Sunan Aemengkurat mendirikan yang bernama
Gerjiwati di wilayah itu. Kemudian oleh Paku Buwana II dinamakan Ayogya. Secara
etimologinya, Ngayogyakarta Hadiningrat berasal dari kata Ayu-Gya-Karto atau
Ayodya-Karto-Ning-Rat. Harimurti Subanar menyatakan bahawa ;
a. Nga bermaksud menuju,
b. Yogya bermaksud sebaik-baiknya,
c. Karta bermaksud bekerja
d. Hadi bermaksud agung,
e. Ning bermaksud jernih
f. Rat bermaksud jagat
Jagad kecil adalah manusia dan jadad besar adalah alam semesta. Jika mengikut
filosofinya, Ngayogyakarta adalah tujuan hidup untuk menciptakan kebahagiaan
dunia akhirat dan negeri yang Baladil Amin (Adil dan Amanah). Wilayah kerajaan
ini didirikan di Pesanggarahan Garjitowati, Tlatah Pacetokan, Alas Bering, yang
berada di antara dua sungai iaitu Sungai Winongo dan Sungai Code. Kompleks
Keraton terletak di tengah-tengah dan berada pada as-kosmis, dari utara terdapat garis
lurus dengan Tugu dan Gunung Merapi dan dari selatan simetri dengan Panggung
Krapyak dan laut selatan. Luas Keraton Yogyakarta seluas 14,000 meter persegi di
mana di dalamnya terdapat 22 bentuk bangunan dan fungsinya yang mengikut
nilai-nilai filosofi, Kraton dibangunkan pada tahun 1756 dengan condrosengkolo
memet (pernyataan angka tahun) iaitu Dwi Naga Rasa Tunggal yang bermaksud 1682.
`Kraton memiliki Plengkung atau Gerbang Utama di mana setiap pintu gerbang
mempunyai nama-nama yang tersendiri, memiliki benteng tinggi yang mengelilingi
Keraton dan empat benteng pengintai di setiap sudutnya. Jumlah jalan keluar masuk
adalah 9 jalan dan 5 jalan yang bertemu di alun-alun.
15 .