Page 122 - ETPEM2016
P. 122
Banyak sekali karya sastra Sunda dalam bentuk prosa dan puisi
yang mengandung etika sebagaimana dalam beberapa contoh
berikut.
1) Cerita Ciungwanara mengandung pesan etis bahwa
pertikaian dapat diakhiri dengan kesadaran berdamai. Inti
ceritanya, Ciungwanara berkelahi dengan Hariangbanga
untuk memperebutkan tahta kerajaan yang ditinggalkan
ayahnya yang bertapa. Setelah keduanya lama berkelahi,
datanglah seorang pertapa (ayah mereka, tapi mereka tidak
tahu) yang melerai dan memberitahukan bahwa mereka
bersaudara (sebapa tidak seibu). Akhirnya mereka berdamai.
Ciungwanara pergi ke barat (tanah Sunda) sambil
papantunan (berpantun) dan Hariangbanga pergi ke timur
(tanah Jawa) sambil tetembangan (melantunkan tembang).
2) Cerita Situ Bagendit mengandung etika bahwa kekayaan
dapat menimbulkan kecelakaan bagi pemiliknya jika tidak
dimanfaatkan untuk kebaikan. Inti ceritanya, Nyi Endit, orang
kaya yang sangat tamak dan kikir, suatu hari didatangi
seorang peminta-minta. Ia bukannya memberi, tapi malah
memaki-maki dan mengusirnya. Peminta-minta tersebut
pergi dan menancapkan tongkat ke tanah dan kemudian
mencabutnya kembali. Tiba-tiba dari lubang bekas tongkat
tersebut menyembur air yang cukup deras, meluap-luap, dan
menggenang kampung Nyi Endit. Orang-orang
sekampungnya telah mengungsi dan selamat, tapi Nyi Endit
mati tenggelam bersama hartanya karena tidak ada
seorangpun yang mau menolongnya.
106