Page 157 - Toponim Magelang
P. 157

Toponim Kota Magelang    145











                     2. Jagoan


                     Merujuk memori kolektif masyarakat Magelang lama, dinamakan Kampung Jagoan
                     karena pernah ditinggali Kyai Sawunggalih yang memiliki ayam jago “ampuh”, acap
                     menang dalam sabung ayam (adu jago). Lokasi ini konon memang dipakai pula untuk
                     adu jago, wajar kalau kata “jago” begitu melekat dalam benak warga, hingga kemudian
                     dinamakan Kampung Jagoan. Permainan tersebut merupakan perkelahian ayam jago
                     yang memiliki taji dan terkMerujuk memori kolektif  masyarakat Magelang lama,
                     dinamakan Kampung Jagoan karena pernah ditinggali Kyai Sawunggalih yang memiliki
                     ayam jago “ampuh”, acap menang dalam sabung ayam (adu jago). Lokasi ini konon
                     memang dipakai pula untuk adu jago, wajar kalau kata “jago” begitu melekat dalam benak
                     warga, hingga kemudian dinamakan Kampung Jagoan. Permainan tersebut merupakan
                     perkelahian ayam jago yang memiliki taji dan terkadang taji ayam jago ditambahkan
                     serta terbuat dari logam yang runcing. Rata-rata ayam yang dipertandingkan sampai
                     baik kabur atau hilang, bahkan sampai mati. Umumnya, permainan ini diikuti dengan
                     taruhan (judi).

                     Kisah tutur di atas rupanya punya kemiripan dengan warga Surabaya, yang mengenal
                     tokoh legendaris Sawunggaling  yang hidup pada  abad XVII. Pemuda yang semula
                     bernama Joko Berek ini gemar bermain adu ayam. Sebenarnya, Sawunggaling adalah
                     nama ayamnya. Lantaran jagonya dikenal begitu ampuh, warga lokal dengan gampang
                     mengganti  nama  Joko Berek menjadi  Sawunggaling. Dicermati  dari segi pelafalan,
                     nama Sawunggalih dan Sawunggaling pun nyaris serupa.


                     Warga Magelang tentu sama seperti masyarakat di Nusantara yang telinganya akrab
                     dengan tradisi adu jago. Fenomena ini sudah lama  ada, bahkan semenjak periode
                     Majapahit. Saat itu memakai istilah menetak gulu ayam. Akhirnya adu jago merembet
                     ke Bali yang bermula dari pelarian orang-orang Majapahit, sekitar tahun 1200. Di Bali,
                     permainan sabung ayam disebut Tajen. Asal Tajen dari Tabuh Rah, salah satu Yadnya
                     (upacara) dalam masyarakat Hindu di Bali. Tujuannya mulia, yakni mengharmoniskan
                     hubungan manusia dengan  Bhuana  Agung. Yadnya ini  runtutan dari upacara yang
                     sarananya menggunakan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, dan berbagai
                     jenis hewan peliharaan lain. Persembahan tersebut dilakukan dengan cara nyambleh
                     (leher kurban dipotong setelah dimanterai). Sebelumnya  pun dilakukan  ngider
                     dan perang sata dengan perlengkapan kemiri, telur, dan kelapa. Perang sata adalah
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162