Page 6 - Toponim Magelang
P. 6
vi Toponim Kota Magelang
SAMBUTAN
DIREKTUR SEJARAH
agelang merupakan wilayah penting di Pulau Jawa, dalam sejarah
Mkebudayaan klasik tempat bertemunya budaya India, China,
Dunia Islam, dan belakangan dengan Eropa. Pengaruh India di Magelang
bersamaan waktunya dengan kemunculan kerajaan bercorak hindu dan
buddha di Pulau Jawa dan puncaknya sekitar pada abad ke-8 M – 10M.
Jejak peradaban Hindu dan Buddha salah satunya dapat dikenali dalam
toponim nama kelurahan di Kota Magelang bernama Meteseh. Diambil
dari isi prasasti dari Raja Balitung yang menetapkan desa Mantyasih
sebagai desa perdikan pada tahun 907 M.
Letak geografis Magelang di lembah Kedu yang subur dan dikelilingi oleh deretan tujuh
gunung turut memperkaya toponim Kota Magelang. Seperti halnya toponim Gunung
Tidar, Sungai Elo, Sungai Progo, ataupun area persawahan Tuk Songo. Ini menunjukkan
masyarakat di wilayah Kota Magelang sangat menghargai lingkungan hidup dan
peristiwa sejarah yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya.
Secara etimologis, toponimi merupakan bahasa Yunani yang berasal dari kata topos yang
berarti tempat dan nimi dari onoma yang berarti nama. Berdasarkan kajian folklore
(cerita rakyat), toponimi merupakan bagian dari Ilmu Onomastika (Onomastics). Ilmu
tersebut mengkaji sejarah (asal-usul) nama tempat dan nama-nama lain. Asal-usul nama
tempat mempresentasikan keadaan semula tempat tersebut, yang memuat informasi
tentang aspek geografi, ekologi sosial, dan kultural yang terkait dengan keadaan tempat
semula.
Menarik untuk disimak dalam periodisasi sejarah Kota Magelang, ketika Belanda
melakukan kolonialisasi dan menjadikan Magelang sebagai Ibu Kota Karesidenan Kedu.
Kota Magelang pada mengalami pembangunan yang sangat massif. Dibukanya lahan-
lahan sebagai lokasi perkantoran, tangsi militer, jaringan kereta api, pergudangan,
dan lokasi baru lainnya yang bersamaan waktu itu pula oleh masyarakat masing-