Page 86 - Toponim Magelang
P. 86

74         Toponim Kota Magelang












                                diabadikan  menjadi  tetenger kampung. Muncul tafsir sejarah  lainnya yang  logis
                                bahwa sebutan “botton” berasal dari rumah atau bangunan bata periode kolonial. Bagi
                                masyarakat lokal, bangunan berbahan batu bata terbilang istimewa kala itu mengingat
                                mayoritas penduduk memakai rumah tradisional dari kayu dan anyaman bambu atau
                                gedhek. Karena kenyataan rumah yang dianggap istimewa ini, warga Magelang menamai
                                lokasi rumah itu dengan sebutan “botton”.

                                Tafsir sejarah di atas diperkuat dengan kesaksian seorang warga keturunan Belanda,
                                yakni Yvone Sonja Ten Hoor-Heints yang lahir di Kampung Botton. Kala itu, Yvone
                                kecil tinggal di sebuah rumah gedhek dengan oma-nya di Botton. Masih segar dalam
                                ingatan bahwa dulu di sekitar rumahnya ada pohon jeruk nipis, banyak tanaman, juga
                                sungai kecil, dan tangga. Daerah sekitar itu terdapat  pula rumah-rumah Belanda,
                                                                                                36
                                irigasi, sekolah, makam, dan bangunan penampungan air raksasa watertoren.  Watertoren
                                ialah kompor raksasa berisi pipa-pipa besar yang dipakai menyuplai air di seluruh Kota
                                Magelang. Bangunan itu dibangun Thomas Karsten tahun 1916 dan mulai beroperasi
                                tahun 1920.


                                Fakta lain yang menguatkan tafsir, yakni dari pendekatan tata ruang Kota Magelang
                                bahwa Kampung Botton berdekatan dengan kompleks eks Karesidenan Kedu, Museum
                                Bumiputera 1912, dan Gedung Pemerintah Kabupaten Magelang Dinas kependudukan
                                dan  Catatan Sipil  yang menempati bekas gedung Kweekschoolvoor. Kweekschool
                                sendiri merupakan sekolah pendidikan guru berdiri tahun 1875 yang semula berada
                                di Surakarta, lantas digeser ke Magelang. Lazim di area pusat pemerintahan kotapraja,
                                banyak dijumpai bangunan loji dari batu bata yang kokoh dan khas. Sekali lagi,
                                mengingat era itu perumahan pribumi Magelang hanya berupa anyaman bambu dan
                                papan kayu, ratusan rumah berbatu bata ini dinilai mewah.

                                Ingatan tentang Kampung Botton kian membenak, karena Botton dikenal sebagai pusat
                                edukasi di Kotapraja Magelang. Banyak berdiri aneka gedung sekolah di situ. Tak hanya
                                itu, Botton populer sebagai pusat pemukiman bangsa Eropa berjejer di sepanjang Jalan
                                Botton. Hunian orang Eropa identik dengan tembok loji megah. Disebutkan bahwa



                                36  Ika Fitriana. “Saya Hanya Keturunan Belanda, Mengapa Saya Diusir dari Tanah Kelahiran Indonesia
                                ?”, dalam Kompas 9 Februari 2018.
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91