Page 91 - Toponim Magelang
P. 91

Toponim Kota Magelang     79











                     3. Botton Kopeng


                     Merujuk tradisi lisan, Kampung Botton Kopeng di masa lalu merupakan bagian dari
                     perkebunan kopi milik raja Paku Buwana sebelum Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang
                     membagi kekuasaan  Keraton Kasunanan  Surakarta dengan Kasultanan Yogyakarta.
                     Masyarakat masih menemukan sisa-sisa perkebunan kopi, yakni di sebelah  utara
                     Kampung Botton Tegal. Nama Botton Kopeng mengarah pada suatu bangunan dari
                     batu-bata yang difungsikan untuk gudang kopi. Logis bila kompleks perkebunan
                     memerlukan gudang untuk menyimpan kopi selepas dipanen, sebab tidak mungkin
                     langsung dilempar ke pasaran. Terlebih dahulu kopi dirapikan dan ditimbang.

                     Semula perkebunan kopi di tanam di pekarangan yang dikenal dengan nama pagerkoffic
                     atau pakopen atau di kebun-kebun lingkungan desa. Pedesaan Magelang ramah untuk
                     budidaya  tumbuhan  kopi. Thomas  Raffles menuliskan, tanaman  kopi yang  dibawa
                     oleh pemerintah Belanda  permulaan  abad XVIII, menjadi  salah  satu tanaman  yang
                     dimonopoli Belanda. Mulai dari penanaman, perawatan sampai pengangkutan hasil ke
                     gudang pemerintah dilakukan oleh penduduk atas paksaan dan tekanan serta berbagai
                     tindak kekerasan lain oleh para mandor yang diupahkan pemerintah. Sebelum tahun
                     1808, perkebunan kopi hanya ada di Distrik Sunda. Hanya ada beberapa kebun di
                     wilayah timur, dengan produksi tidak mencapai sepersepuluh bagian yang ada. Namun,
                     di bawah pemerintahan  Marshal  Daendels, tanaman  ini tumbuh di berbagai lahan,
                     dan semua perkebunan hanya difokuskan pada kopi tanpa kecuali. Akhirnya, hampir
                     seluruh propinsi di Jawa dipenuhi kebun kopi. 42


                     Ada penjelasan lain, kopi dibawa VOC dari Malabar India ke Jawa di pengujung abad
                     XVII. Kompeni mengelola  tanaman  kopi di Kedawung, sebuah  perkebunan  dekat
                     Batavia. Sayangnya, usaha ini gagal gara-gara gempa dan banjir. Tahun 1699 didatangkan
                     stek pohon kopi dari Malabar. Pada 1706 sampel kopi dari Jawa dikirim ke Belanda
                     untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Upaya ini menuai sukses, kopi yang dihasilkan
                     mempunyai kualitas bagus. Lantas, dijadikan bibit bagi pakopen yang dikembangkan
                                     43
                     di Hindia Belanda.  Selepas Indonesia merdeka, perkebunan kopi milik Belanda di
                     Indonesia dinasionalisasi.


                     42  Periksa Thomas Stamford Raffles. The History of Java. (Yogyakarta: Narasi, 2008). hlm 82.
                     43  Lihat James J Spillane. Komoditi Kopi: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. (Yogyakarta:
                     Kanisius, 1990). hlm. 18.
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96