Page 94 - Toponim Magelang
P. 94

82         Toponim Kota Magelang












                                Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Demak. Tak berbeda dengan bentangan alam
                                di Magelang yang mengundang pesona, tipologi Kampung Meteseh di Karanganyar dan
                                Demak ialah desa agraris yang tak jarang bikin takjub. Mayoritas warga mengandalkan
                                hidupnya dari hasil bercocok tanam padi dan palawija. Kondisi geografis Meteseh di
                                kawasan Karangnyar sebagian besar dengan bentang lereng pegunungan. Sementara
                                Meteseh di Demak cenderung datar yang terdiri atas sebagian besar meliputi areal
                                persawahan irigasi. Pasokan air irigasi terutama berasal dari hulu Rawa Pening.

                                Lazim dalam kampung lawas di Jawa terdapat upaya penokohan terkait pembentukan
                                nama  kampung. Demikian  pula  yang  terjadi  di Meteseh Karanganyar  memuat
                                percakapan figur lokal Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, dan di Meteseh
                                Demak hidup tokoh yang melegenda Mbah Pelantaran (Ki Ageng Meteseh). Contoh
                                titah atau perkataan tokoh yang bertautan dengan toponimi kampung sewaktu sampai
                                di desa Meteseh: “wes aku tak nang kene ae ben slamet nyiseh”. Dari kejadian itulah, desa
                                itu dinamakan Meteseh. Meteseh sendiri berasal dari kata “slamet” dan “nyiseh”. Slamet
                                artinya selamat, dan nyiseh artinya menepi. Dengan demikian, aspek kesamaan pada
                                aneka cerita di atas ialah pelafalan lidah orang lokal sangat mempengaruhi perubahan
               Prasasti Mantyasih   nama daerahnya di kemudian hari.
               cikal bakal nama
               Kampung Meteseh                                                                             Sumber: https: Direktorat Sejarah 2018























                                .
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99