Page 99 - Toponim Magelang
P. 99

Toponim Kota Magelang     87











                     2. Kejuron


                     Kampung yang berada di sisi barat alun-alun Kota Magelang ini juga memiliki makna
                     yang berjejalin dengan struktur birokrasi atau pusat pemerintahan di Kota Magelang
                     abad XIX. Tafsir asal kata Kejuron ialah dari  “kajuruan”,  nama pejabat yang telah
                     mengada sedari zaman Mataram Hindu di Jawa, atau sebutan bagi sosok yang dianggap
                     ahli (juru).  Sebutan ini dipakai pula di era pemerintahan Mataram  Islam untuk
                              50
                     menyebut sekelompok orang cerdas yang ditugasi sebagai tenaga pendidik. 51

                     Berdasarkan  dari analogi kata itu, Kampung  Kejuron di Kota Magelang  diyakini
                     berasal  dari tempat pemukiman orang-orang  cerdik pandai atau pendidik dalam
                     proses pengajaran dan pendidikan sezaman. Komunitas ini khusus ditugasi mendidik
                     keluarga bupati dan priayi pribumi lainnya, sehingga mereka ditempatkan tidak jauh
                     dari kompleks pemerintahan dan rumah bupati di alun-alun.


                     Periode pendudukan Jepang, Kampung  Kejuron menjadi strategis lantaran  sebagai
                     tempat kedudukan Syuchokan. Kemudian era Revolusi tahun 1945 diambil alih laskar
                     dari kesatuan Sabillilah  yang berafiliasi dengan kekuatan militer Islam berbasis  di
                     Kampung Kauman. Rentang waktu itu, Kampung Kejuron ialah daerah kekuasaan dan
                     pusat perlawanan kesatuan Sabililah terhadap tentara Sekutu dan Belanda yang kembali
                     mencoba menguasai Kota Magelang. 52









                     50  Diduga istilah juru ini berasal dari Bahasa Sansekerta karena di dunia Melayu orang yang dianggap
                     ahli juga menggunakan istilah juru seperti juru tulis, juru mudi, juru batu, juru dayung, dan sebagainya.
                     Di Jawa beberapa empu di Keraton Mataram juga menggunakan istilah juru seperti Ki Juru Mertani.
                     Dalam struktur birokrasi Mataram, juru tampaknya merupakan jabatan dalam bidang khusus seperti
                     halnya jayeng. A.B. Cohen Stuart. “Djaja Lenkara”, dalam Bijdragen tot Koninklijk Instituut voor Indische
                     Taal, Land en Volkenkunde, tahun 1854. hlm. 162.
                     51  W.J. Meulen. “The Puri Putikesvarapavitaq and the Pura Kanjuruhan”, dalam Bijdragen tot het
                     Koninklijk Instituut voor Indische Taal, Land en Volkenkunde, tahun 1976, vol. 132. hlm. 455.

                     52  Saifudin Zuhri. Berangkat dari Pesantren. (Jakarta: Gunung Agung, 1987). hlm. 256.
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104