Page 87 - Toponim Magelang
P. 87

Toponim Kota Magelang     75











                     bentuk bangunan gabungan terbuka sisi barat jalan raya utara dan selatan di Botton
                     tahun 1936 tercatat di kedua sisi simpang  tiga Botton-Badaan-Plengkung-simpang
                     empat Jalan  Karesidenan-Karesidenan Timur jalan  masuk ke Kantor  Karesidenan-
                     Botton.  Tahun 1930 tercatat jenis rumah komunitas Eropa di Magelang  meliputi
                           37
                     526 rumah batu (tembok/loji), dan 186 rumah uap dengan bangunan permanen. Ada
                     17,51% orang Eropa sudah memiliki rumah tembok. 38

                     Periode kolonial, kawasan Botton juga tersentuh program perbaikan kota oleh
                     pemerintah Kotapraja Magelang. Tak main-main,  pemerintah mengalokasikan dana
                     sebesar f. 18.102 gulden atau sebesar 42% dari total anggaran untuk pembangunan
                     sarana  prasarana, termasuk jalan  tembus menghubungkan  Bottonweg  dengan
                     Residentielaan. Kemudian, Kampung  Botton I dan  Botton II disolek agar  kelihatan
                     cantik dengan kucuran dana f. 7.340 gulden.  Lantaran berada di lingkaran pusat
                                                             39
                     kota dan sering dilewati, Botton terus memperoleh perhatian dari penguasa kolonial.
                     Misalnya, pemerintah menginstruksikan perbaikan 2 buah jembatan di Botton dan Kali
                     Bening. Dikerjakan pula jalan setapak dan jalan kampung utama demi kelancaran warga
                     bermobilitas, padahal umumnya hanya jalan paling penting yang ditangani. Lalu saluran
                     di sepanjang Jalan Botton dirawat, dan 2 jembatan kuno di atas Kali Bening diganti
                     jembatan permanen dari beton supaya bakoh dan pelintas tidak khawatir roboh.


                     Dalam  struktur sosial ciptaan kolonial, masyarakat Jawa di Magelang menempati
                     urutan terakhir setelah Eropa dan Timur Asing. Maka, keistimewaan bangunan Eropa
                     berbahan batu bata sebagai salah satu ciri pembeda kelas sosial, begitu membekas di
                     pikiran warga, sampai bermuara pada sebutan kampung.









                     37  Arsip Stadsgemeente Magelang Bouwver Ordening 1936.
                     38  Arsip Volkstelling deel vi European Nederlands Indie 1930. (Batavia: Departement van economische
                     zaken, 1934).

                     39  Arsip Locale Techniek: Technisch Orgaan van de Vereeniging voor Locale Belangen te Semarang.
                     Bandoeng: Vereeniging voor Local Belangen, no. ½ Januari/April 1932.
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92