Page 90 - RWY LARASSUMBOGO KARYA DAN PENGABDIANNYA
P. 90

73


                                      Sebagai  pangrawit,  ia  mempunyai  spesialisasi  yaitu  me­
                                 ngendang.  Dalam  hal  mengendang  ia  benar-benar  senior  yang
                                 sukar  dicari  duanya.  Apalagi  dalam  hal  mengendang  dengan
                                 kendang  batangan  ia  benar-benar  mengagumkan.  Baik gerak tari
                                 maupun  gerak  biasa  yang  bagaimana  pun  dapat  diikuti  secara
                                 sempuma dengan kendangnya.
                                      Sebagai  pangrawit  ia mempunyai  hasil ciptaan yang berupa
                                 gending-gending  puluhan  jumlahnya.  Gendingnya  yang terkenal
                                 adalah  Teguh  Jiwo,  Ngeksigondo,  Westminster  dan  Winduaji.
                                 Kecuali  itu  puda  tahun 1953 terbit sebuah buku hasil karyanya.
                                 Buku  tersebut  berjudul  Titi  Laras  Gendin g  A g en g  jilid  I.  Sebe­
                                 narnya  jilid  yang  kedua  dan  ketiga  juga  sudah  selesai  ditulis
                                 naskahnya,  tetapi  rupanya  kedua  naskah  itu  hilang  sebelum
                                 dicetak.
                                      Sebagai  suami  ia  adalah  suami  yang  sabar  dan  bijaksana
                                 sekali.  Sebagai  ayah  ia  adalah  ayah  yang  baik  pula.  Hal  itu  ter­
                                 bukti  dari  kerukunan  para  putra  clan  putrinya.  Berkat  keru­
                                 kunan  itu  semua  putra  dan  putrinya  berkembang  menjadi
                                 orang-orang  yang  hidupnya  dalam  kesejahtraan,  serta  berguna
                                 bagi masyarakat.
                                      Pada  tanggal  11  Oktober  1958  pukul  15.30  RWY  Laras­
                                 sumbogo  tutup  usia  dengan  tenang  dengan  meninggalkan  wa­
                                 risan  yang  sangat  berharga  kepada  kita,  yaitu  semangat  yang
                                 berkobar-kobar   untuk   melestarikan   dan   mengembangkan
                                 kesenian  asli Indonesia  yang berupa karawitan gaya  Yogyakarta.
                                      Perlu  dicatat  di  sini  bahwa  seniman  "besar"  itu  dimakam­
                                 kan  di  makam  Kintelan dan kemudian dipindahkan ke  Celeban.
                                 Pemakanan  itu  dilaksanakan  dengan  upacara  secara  agama
                                 Katholik,  yaitu  agama  yang dipeluknya.
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95