Page 61 - D:\Kantor ku\5. Stunting\Stunti
P. 61

mempunyai  risiko stunting sebesar 3,46, 95%CI: 2,51-4,77,
                                sedangkan pada keluarga miskin (kuintil 2) risiko stunting
                                menurun  menjadi  2,84  (95%CI  2,07-3,89).  Sementara
                                morbiditas yang disebabkan oleh kemiskinan mencapai 45%
                                dari beban penyakit di negara-negara miskin (Monteiro et
                                al., 2010). Secara konsisten penelitian lain juga menyatakan
                                bahwa  kesenjangan  sosial  ekonomi  adalah  penyebab
                                disparitas kesakitan-kematian, diantaranya Taulbut & Walsh,
                                2013; Hobcraft & Kiernan 2010;  Delpeuch, et al., 2000; Fenske,
                                et al., 2013; Torlesse et al., 2016 Akombi el at., 2017; Siswati,
                                Sudargo &  Kusnanto, 2018).
                                     Stunting pada usia dini bersifat permanen, menyebabkan
                                tingginya risiko sindrom metabolik pada usia dewasa. Gejala
                                ini  ditandai  dengan  lingkar  perut  yang  besar,  resistensi
                                insulin, hipertensi dan profil lipid yang buruk, sehingga risiko
                                DM, jantung, stroke dan komplikasinya meningkat.
                                     Dampaknya,  upaya  keluarga  untuk  memperbaiki
                                ekonomi tidak dapat dilakukan secara optimal karena biaya
                                pengobatan penyakit tersebut sangat besar. Tidak semua biaya
                                pengobatan  ditanggung  oleh  pemerintah  melalui  BPJS.
                                Faktanya  biaya out-of-pocket (diluar paket jaminan asuransi)
                                penyakit degeneratif yang tidak ditanggung oleh asuransi
                                pemerintah  dilaporkan meningkat dari 72,9%  pada tahun
                                1995  menjadi  75,3%  pada  tahun  2014  (worldbank.org.id).
                                Bahkan, pada masyarakat menengah miskin mereka harus
                                menggadaikan  atau  menjual asetnya  atau anaknya  harus
                                putus  sekolah  karena  untuk  membayar  biaya-biaya
                                pengobatan tersebut (WHO, 2014).
                                     Selain berdampak pada pembangunan ekonomi mikro
                                di  tingkat  rumah  tangga,  stunting  juga  menyebabkan
                                hambatan pembangunan ekonomi makro (Adair et al., 2013;
                                Hoddinott et al., 2013; Sachs, 2002; Swift, 2011, Hossain, et




                                56    STUNTING
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66