Page 17 - e-modul/PPKn-XI-2
P. 17
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1955. Rencana untuk
konferensi Asia–Afrika diumumkan pada bulan yang sama.
2) Persidangan
Perdebatan besar berpusat pada pertanyaan apakah kebijakan
Soviet di Eropa Timur dan Asia Tengah harus dikecam bersama
dengan kolonialisme Barat. Sebuah memo dikirimkan oleh 'Bangsa
Muslim di bawah Imperialisme Soviet', menuduh pemerintah Soviet
melakukan pembantaian dan deportasi massal di wilayah Muslim,
tetapi hal tersebut tidak pernah diperdebatkan. Sebuah konsensus
dicapai di mana "kolonialisme dalam semua manifestasinya" dikutuk,
secara implisit mengkritik Uni Soviet, serta Barat. Tiongkok
memainkan peran penting dalam konferensi ini dan memperkuat
hubungannya dengan negara-negara Asia lainnya. Setelah selamat
dari upaya pembunuhan dalam perjalanan menuju konferensi, perdana
menteri Tiongkok, Zhou Enlai, menunjukkan sikap yang moderat dan
damai yang cenderung untuk menenangkan kekhawatiran beberapa
delegasi anti-komunis mengenai niat Tiongkok.
Kemudian dalam konferensi tersebut, Zhou Enlai
menandatangani artikel tersebut dalam deklarasi penutup yang
menyatakan bahwa Tionghoa perantauan memiliki loyalitas utama
kepada negara asal mereka, bukan ke Tiongkok – masalah yang sangat
sensitif untuk tuan rumah Indonesia dan untuk beberapa negara peserta
lainnya. Zhou juga menandatangani perjanjian kewarganegaraan
ganda dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
3) Lini masa
✓ 23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat
Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-
negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
✓ 25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri
Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India,
Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam
konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya
Konferensi Asia–Afrika.
✓ 28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah
Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam
persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan
persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
✓ 18–24 April 1955 - Konferensi Asia–Afrika berlangsung di
Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh
Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo.