Page 194 - SKI kls 7
P. 194
0DVDODK WDIVLU PHQLPEXONDQ EHUEDJDL VLNDS \DQJ EHUSDUHDVL DQWDUD ODLQ 6\D¿T
bin Slamah al Asadi apabila ditanya tentang suatu ayat, ia hanya menjawab “Al-
lah Maha Benar dengan yang dimaksud”. Maksudnya adalah ia tidak berkeingi-
nan untuk membahas makna yang ditanyakan.
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah terdapat seorang ahli Tafsir
bernama Sa’id bin Zubair (w. 95 H). Ia diminta menafsirkan beberapa ayat al
Quran, tapi dia menolaknya. Bahkan ia lebih memilih kehilangan salah satu ang-
gota tubuhnya daripada harus menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang diminta.
C. Ilmu Fikih
Al-Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi
umat Islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa
Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah di-
lakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya
hanya pengertian yang sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijak-
sanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu masalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran Islam, lahir sebuah ilmu hukum yang
disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasar-
kan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan
suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Dasar
dan pedoman pokok yang telah dibukukan kemudian disebut Ushul Fiqih.
Tradisi ijtihad sudah berlangsung sejak Zaman Nabi Muhammad Saw. Pelak-
VDQDDQ LMWLKDG GLQ\DWNDQ ROHK 0XD] ELQ -DEDO NHWLND PHQGDSDW SHULQWDK EHUGDN-
wah di Yaman. Ia akan menggunakan nalarnya dalam memutuskan perkara jika
tidak terdapat rujukan dalam Al-Qur’an dan hadis. Setelah itu, bermunculan para
ahli Fiqih ternama antara lain: Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ibnu Umar, dan ibnu
Abbas.
Pada perkembangannya, perbedaan pendapat para ahli Fiqih semakin tajam.
$KOL )LTLK +LMD] GDQ DKOL ¿TLK ,UDN EHUEHGD SHQGDSDW GDODP SHQJDPELODQ 5D¶\X
VHEDJDL DUJXPHQ $KOL )LTLK +LMD] EHUSHJDQJ SDGD $WVDU NHWHWDSDQ KXNXP
yang pernah dilakukan para Sahabat) sebagai argumentasi hukum. Mereka tidak
menekankan pada Ra’yu. Sedangkan ahli Fiqih Irak cenderung kepada Ra’yu.
$NKLUQ\D $KOL ¿TLK +LMD] PHQJDQJJDS $KOL )LTLK ,UDN PHQJDEDLNDQ VXQDK 6H-
EDOLNQ\D $KOL ¿TLK ,UDN PHQJDQJJDS $KOL )LTLK +LMD] PHQJDQXW SHPLNLUDQ MXPXG
yaitu pemikiran kolot dan tradisional.
Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Sy-
XULDK ELQ DO +DULWV DO 4DPDK ELQ 4DLV 0DVXUXT DO $MGD¶ DO $VZDG ELQ <D]LG
186 Buku Siswa Kelas VII MTs