Page 204 - FIKIH_revisi Kls 7
P. 204

Penguatan karakter Islam Wasathiyyah!

                                     PENTINGNYA TATHAWWUR WAL IBTIKAR

                       Apa yang kita pahami dengan istilah tahadhdhur? Bagaimana hubungan kedua istilah
                 tersebut dengan pelaksanaan shalat fardlu dengan cara jama’ dan qashar?
                       Dari  hari  ke  hari,  perubahan  dapat  kita  rasakan  cepat  terjadi  seiring  dengan  semakin
                  majunya teknologi  informasi komunikasi. Contohnya perubahan alat transporasi  yang mula-
                  mula mengandalkan onta, keledai, kuda, sepeda motor, mobil hingga menjelma menjadi kereta
                  api dan pesawat terbang. Kemampuan jelajah dan jarak tempuh tentu sangat jauh berbeda jika
                  dibandingkan antara onta dengan pesawat terbang.
                         Perubahan teknologi transporasi harus kita terima sebagai sunnatullah dan menjadikan
                  kita lebih kreatif dalam mencari titik temu antara Islam dan peradaban. Bukan berarti Islam
                 yang  harus  tunduk  dengan  peradaban,  tetapi  inovasi  dan  kreasi  tetap  menempatkan  Islam
                  sebagai salah satu sumber membangun peradaban manusia. Inovasi dan kreatifitas itu lah yang
                  kita kenal sebagai penerapan prinsip tathawwur wal ibtikar.
                         Contoh: Ketika ukuran jarak tempuh bepergian menggunakan standar alat transportasi
                  onta  yang  berjalan  lambat,  sehingga  hukum  boleh  mengqashar  shalat  salah  satu  sebabnya

                  adalah  jarak  yang  ditempuh  setara  dengan  dua  hari  perjalanan.  Kita  dapat  membayangkan,

                  berapa ribu kilo meter jarak tempuh yang menjadi sebab diperbolehkannya qashar shalat, jika

                  standarnya menggunakan ukuran pesawat udara.
                         Inovasi  dan  kreasi  sebagai  perwujudan  tathawwur  wal  ibktikar  bukan  dengan  cara

                  menghilangkan sebab bepergian beserta jarak tempuhnya. Tetapi kita justru harus melakukan
                  konversi  alat  ukur  dari  rata-rata  kilo  meter/jam  perjalanan  dengan  onta  x  2  hari  perjalanan
                  dengan membawa beban berat. Hasilnya kita bandingkan dan padukan dengan kondisi saat ini.
                         Bahwa  kemudian  hasil  konversi  berbeda  diantara  para  ulama  karena  disebabkan
                  perbedaan dalam menghitung rata-rata perjalanan di masa lalu dengan onta. Perbedaan justru
                  menjadikan  khazanah  ajaran  kita  semakin  lengkap.  Yang  penting  perbedaan  bukan  karena
                  sebab  penyimpangan,  tetapi  memiliki  sumber  yang  sama.  Yaitu  hasil  konversi  hitung  pada
                  masa Nabi dengan kondisi pada masa Nabi Saw yang diselaraskan dengan kondisi saat ini.




                  Rangkuman

                  1. Shalat jama’ memiliki arti menggabungkan pelaksanaan dua shalat fardlu dalam satu

                     waktu diantara salah satu dari dua shalat tersebut.

                  2.  Jika  pelaksanaan  dua  shalat  dilaksanakan  pada  waktu  shalat  yang  pertama  maka

                     disebut dengan jama’ taqdim, dan pelaksanaan di waktu shalat yang kedua dinamakan

                     jama’ ta’khir.

                  3.  Sebab  diperbolehkannya  menjama’  shalat  adalah  bepergian  dengan  jarak  tempuh
                     sekitar 120 kilo meter menurut mayoritas ulama.
                  4. Hujan deras dan cuaca dingin ekstrim juga menjadi sebab diperbolehkannya menjama’

                     shalat, tetapi hanya jama’ taqdim dan tidak boleh jama’ ta’khir.
                  5.  Qashar  shalat  bermakna  meringkas  jumlah  rekaat  menjadi  dua  rekaat  untuk  shalat-
                     shalat fardlu yang memiliki empat jumlah rekaatnya, seperti shalat dhuhur, ashar, dan

                     shalat isya’.
                  6. Diperbolehkan  menjama’ dan  mengqashar shalat dalam pelaksanaan dua shalat pada
                     satu waktu diantara dua waktu shalat.

                  5.    Hukum  boleh  harus  lebih  dulu  memadukan  kriteria  yang  memperbolehkan  shalat
                     jama’ dan qashar.



               192   FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS VII
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209