Page 225 - FIKIH_revisi Kls 7
P. 225

laksanakan. Jika shalat kita jalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh penghayatan,

                    maka  amal  ibadah  lainnya  akan  mengikutinya.  Oleh  karena  itu,  ketika  kita  istikamah
                    menjalankan  shalat dalam  berbagai kondisi apapun,  maka akan   melahirkan  istikamah

                    kita dalam ibadah lainnya.

                       .          Beristikamah Secara Sosial
                     2
                            Telah  kita  jelaskan  sebelumnya.  Istikamah  dalam  pelaksanaan  shalat  fadlu  di

                    berbagai  kondisi  tertentu  akan  berdampak  sosial  pada  munculnya  daya  juang  dan

                    kemampuan diri untuk bertahan dalam segala situasi dan kondisi.


                            Kondisi  sulit  yang  kita  hadapi  tidak  kita  lihat  sebagai  hambatan  hidup  kita.
                    Sebaliknya,  kondisi  sulit  justru  menjadi  peluang  untuk  menuju  hidup  lebih  baik.

                    Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi pada saat shalat di atas kendaraan atau di tengah

                    pertemuan akan membuat berfikir cepat, cermat dan tepat mengambil keputusan. Selain
                    itu,  kesulitan  tersebut  juga  membangun  mentalitas  kita  menjadi  pribadi  dengan  daya

                    juang yang tinggi.
                 Penguatan karakter Islam Wasathiyyah!

                                      BELAJAR TATHAWWUR WAL IBTIKAR
                  Apa  yang  kita  pahami  dengan  istilah  tathawwur  wal  ibtikar?  Bagaimana  hubungan

                  istilah tersebut dengan shalat fardlu dalam kondisi tertentu?
                         Tathawwur  wal  ibtikar  merupakan  prinsip  dinamis  dan  inovatif  yang
                  mengantarkan kita selalu terbuka perubahan sesuai dengan perkembangan zaman demi
                  tercapainya kemashlahatan umat manusia.
                         Keterbukan tidak dilakukan tanpa batas, tetapi terinspirasi dari dua nama Tuhan
                  Yang  Maha  Agung,  yaitu  Al-Basith (Dzat Yang  Maha Melapangkan) dan  Al-Muqsith
                  (Dzat yang Maha Pemberi Keadilan). Dengan menghayati Allah sebagai Al-Basith, maka
                  setiap  perubahan  merupakan  sunnatullah  atau  sudah  menjadi  qudrah  dan  iradah-Nya.
                  Perubahan juga tidak berjalan tanpa batas, tetapi kewajiban untuk menyelaraskan dengan
                 nilai-nilai keadilan yang dapat kita gali dari Nama Agung Al-Muqsith.
                         Contoh: Kita dapat memutuskan kondisi-kondisi tertentu berdasarkan perubahan
                  yang terjadi pada  saat  ini. Seperti  memperbolehkan  shalat di atas kursi pada saat kita
                  bepergia  n  dengan  alat  transportasi  pesawat  terbang,  kereta  api,  kapal  laut,  dan
                  sebagainya.

                         Kita  pun  juga  boleh  memutuskan  pengepungan  terhadap  sindikat  narkotika

                  bersenjata  atau  berada  di  tengah-tengah  ancaman  bencana  alam  memiliki  kesamaan
                       kondisi dengan situasi perang pada masa Rasul Saw.
                         Seluruh yang kita putuskan berdasar keyakinan kita terhadap perubahan sebagai
                 wujud dari kuasa  Allah sebagai Dzat Al-Basith. Tetapi  penting bagi kita, tidak semua
                  kondisi  yang  kita  alami  memperbolehkan  kita  melaksanakan  shalat  di  tengah  kondisi
                       2.
                  tertentu.  Semuanya  harus  tunduk  pada  prinsip  keadilan  yang  telah  diberikan  kepada
                  Allah. Caranya adalah kita menggunakan metode analogi sesuai dengan ketentuan yang

                  ada dalam fikih.





                                                       FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS VII    213
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230