Page 50 - Bangga Jadi Anak Indonesia – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten
P. 50

ANTARA IBU GURU, PUTRI, DAN RAFI


                                                 Oleh: Mimi Sekartianing


                   Di suatu desa yang cukup jauh dari perkotaan  terdapat sebuah Sekolah Dasar
               yang  bernama SD Pelosok. Kegiatan  hari-hari  para  murid  berjalan  seperti  sekolah
               pada umumnya. Pagi itu jam menunjukan pukul 06.45. Masing-masing ketua kelas
               mengatur barisannya  sesuai dengan  jenjang  kelas. Mulai dari kelas satu sampai
               kelas enam. Sementara itu, guru piket masuk di sela-sela barisan untuk memeriksa
               kerapihan barisan dan menegur murid yang ribut.
                   Setelah barisan dianggap siap sempurna, guru piket mempersilahkan setiap kelas
               untuk melaporkan jumlah siswa yang hadir kepada yang memimpin apel pagi. Guru
               piket kemudian menuju pintu gerbang sekolah yang merupakan pintu satu-satunya
               keluar masuk semua murid.
                   Tidak seperti biasanya, hari itu banyak murid yang terlambat, termasuk salah satu
               temanku, Rafi yang memang dikenal bandel. Putri, murid kelas V yang merupakan
               anak kepala sekolah juga datang terlambat. Namun oleh guru piket, Putri dibiarkan saja
               masuk dan bergabung dengan anak-anak lainnya dalam barisan. Rafi tidak menerima
               perlakuan tersebut lalu memprotes kepada guru piket.
                        “Bu mengapa Putri dibiarkan masuk sementara saya dan teman-teman yang
               lain dilarang?”Tanya Rafi.
                        “Putri tidak terlambat, tadi Putri izin pulang ke rumahnya  untuk mengambil
               bukunya yang dilupakan. Putri sudah minta izin pada Ibu.” Jawab Bu Guru.
                   “Kalau memang ibu sudah memberi izin kepada Putri, mana buktinya? Apakah ada
               rekomendasi dari Ibu kepada Putri? Kalau Ibu tidak bisa menunjukkannya, berarti Ibu
               sudah tidak adil pada kami!”
                   Ibu guru kaget ketika mendengar protes dari Rafi. Namun sebagai guru, ia tak ingin
               wibawanya jatuh di hadapan murid.
                   “Rafi tahu sedang berbicara dengan siapa? Berani-beraninya Rafi mengatakan Ibu
               tidak adil? Rafi mau diskorsing?” Kata Bu Guru.
                   “Bu, kalau  memang  mau menegakkan  disiplin kepada  kami, Ibu jangan  ragu
               mengambil keputusan, sekalipun itu kepada Putri, anak kepala sekolah!” Lanjut Rafi.
                   Ibu guru semakin terkejut. Nampaknya Rafi adalah anak yang bertanggung jawab
               yang belum tentu dimiliki oleh anak-anak seusianya. Ibu guru mulai merasa bersalah
               karena sudah memberikan pelajaran yang tidak baik kepada murid-muridnya utamanya
               tentang ketidak-adilan. Dalam suasana hati bimbang ibu guru, kemudian Putri datang
               mengahadap kepada ibu guru dan teman-temannya.
                   “Teman-teman, Putri mohon maaf kepada kalian dan kepada ibu guru, Putri memang
               salah, Putri terlambat datang. Dan mohon juga teman-teman maafkan Ibu Guru.” Pinta
               Putri kepada semua teman-temannya dan ibu guru.
                   Secara spontan, Rafi diikuti oleh murid-murid lainnya menghampiri ibu guru dan
               meminta maaf dan memaafkan kesalahan ibu guru mereka.
                   Dari kejadian tersebut, Rafi yang dikenal sebagai anak bandel berubah menjadi
               anak yang baik. Rafi dianggap sebagai murid yang memiliki prinsip dan keperibadian
               yang bertanggung jawab.
                                                            *****




                                                           35
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55