Page 28 - Pelangi Persahabatan – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Bombana
P. 28

MENTARI DI PAGI ITU


                                         Oleh : Muhammad Haydar Ar Rasyik


                   Bulan dan Purnama adalah sepasang kakak adik. Usia mereka terpaut 5 tahun. Bulan
               berusia 10 tahun, sedangkan Purnama berusia 5 tahun. Orang tua mereka sangat sayang
               terhadap kedua anaknya.
                   Ayah memotong rumput di pekarangan, sementara Bulan membantu ibu menyiram
               bunga dan menata pot agar kelihatan lebih indah. Begitulah rutinitas keluarga kecil itu
               setiap hari libur.
                   Setelah selesai, ibu membawa roti, selai, dan teh ke beranda. Ketika hendak memulai
               sarapan, Purnama yang asik bermain boneka, tak sengaja menyenggol gelas teh Bulan.
               Bulan yang kelelahan dan mengindam-idamkan segelas teh manis pun kecewa.
                   “Tuh kan tumpah.” begitu kata Bulan menghardik Purnama. Hardikan yang disusul
               tangisan adiknya, Purnama.
                   “Dasar cengeng.” tambah Bulan.
                   “Bulan kok kasar sama adiknya?”
                   “Kan, dia yang salah, Bu.” Bulan tak terima ditegur.
                   “Purnama kan masih kecil. Ayok minta maaf ke adik.”
                   Purnama menghentikan tangisnya dan mendekat ke arah ibu yang hendak meraihnya.
               Namun, belum sampai ke ibu, Purnama menghentikan langkahnya mendengar suara
               ketus kakaknya.
                   “Bulan gak mau.” ucapnya pada Ibu.
                   “Bulan, ada tiga hal yang harus selalu kita katakan kepada orang lain. Tolong, maaf,
               dan terima kasih. Ibu tahu itu berat.”
                   Ibu mencoba menenangkan Bulan. Namun, Bulan tetap bersikeras tidak mau meminta
               maaf. Sementara itu, Purnama terus menangis. Ayah terpaksa menghentikan kegiatannya.
               Ia menghampiri istri dan anak-anaknya. Tampaknya ia sudah tahu apa yang terjadi. Hal
               yang biasa ketika mereka sedang berkumpul seperti ini.
                   “Bulan.”
                   Bulan mendekat memeluk ayahnya. Ia hampir menangis karena dipaksa ibu meminta
               maaf.
                   “Cukup tarik nafas panjang-panjang lalu lepas secara perlahan. Buang semua ego
               melalui napasmu. Angkat tanganmu, beri kepada Purnama, lalu katakan ‘maaf Purnama,
               Bulan tidak akan mengulanginya’.”
                   Bulan tampak masih ragu-ragu. Ia memang sangat menghormati ayahnya. Hampir
               semua yang dikatakan ayah, selalu dituruti Bulan. Ia menatap ayahnya sekali lagi. Tatapan
               yang dibalas anggukan. Akhirnya, ia melakukan sesuai apa yang diarahkan ayahnya.
               Purnama pun berhenti menangis. Ia kembali meraih bonekanya dan asik bermain kembali.
                   Semua senang. Semua gembira. Bulan mempelajari satu hal berharga pagi itu, ia
               harus menjadi orang yang rendah hati dan sayang pada keluarganya.


                                                            *****





                                                           15
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33