Page 208 - KAWASAN PENILITIAN DALAM PENDIDIKAN BAHASA
P. 208
198 BAB 5
ketidakfasihan berbicara adalah faktor-faktor seperti beban kognitif,
karakteristik atau hubungan rekan percakapan, media komunikasi,
karakteristik pembicara (stimulus), topik pembicaraan, serta faktor sosial
dan situasi.
Penelitian tentang senyapan mulai mendapat banyak perhatian setelah
terbitnya artikel Frieda Goldman Eisler yang berjudul The Measurement of
Time Sequences in Conversational Behavour (1951). Sebagai tindak lanjut dari
artikel tersebut, pada tahun 1968 Eisler menerbitkan buku berjudul
Psycholinguistics: Experiment in Spontaneous Speech yang kemudian
menjadi kiblat studi senyapan hingga saat ini.
Penelitian senyapan dalam bahasa Inggris telah banyak diteliti oleh
para ahli. Penelitian tentang hubungan senyapan terisi dan gestur dalam
bahasa Inggris pernah dilakukan oleh Nicholas Christenfeld, Stanley Schacher,
and Frances Bilous (1990) dalam penelitian yang berjudul Filled Pauses and
Gestures: It’s Not Coincidence. Dalam penelitian ini terbukti bahwa hampir
semua subjek penelitian menggunakan senyapan terisi untuk mencari kata,
frasa, atau ide pada tuturan selanjutnya dan mengiringinya dengan gestur.
Ralp Leon Rose (1998) melakukan penelitian dengan perspektif yang berbeda
dari para peneliti di atas. Dalam disertasinya yang berjudul The
Communicative Value of Filled Pauses in Spontaneous Speech, Rose meneliti
senyapan terisi yang dikaitkan dengan proses pembelajaran bahasa Inggris di
dalam kelas. Dalam hal ini, Rose menyimpulkan bahwa senyapan berfungsi
untuk memberi kesempatan pada siswa untuk memahami tuturan sehingga
siswa memiliki lebih banyak waktu untuk merencanakan respon tuturan
tersebut.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian Marine Reed (2000) yang
berjudul He Who Hesitates: Hesitation Phenomena as Quality Control in
Speech Production, Obtacles in Non-Native Speech Production. Penelitian ini
mengkajitentang fenomena senyapan yang diproduksi oleh penutur asli dan
penutur asing bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik
native maupun nonnative memproduksi senyapan ketika bertutur. Senyapan
ini berfungsi untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam tuturan sekaligus
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan itu jika kesalahan itu terlanjur terjadi.
Dengan demikian, senyapan difungsikan sebagai alat untuk mengontrol
kualitas tuturan.Dengan menggunakan desain eksperimen serupa dengan
O’Connell dkk., Scott H. Fraundorf and Duane G. Watson (2013) melakukan
penelitian berjudul Alice’s Adventures in Um-derland: Psycholinguistic
sources of Variation Disfluency Production. Dalam penelitian tersebut, subjek
penelitian diinstruksikan untuk membaca tiga bagian dari cerita Alice