Page 22 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 22

MENCINTAI PERMAINAN TRADISIONAL



                                        Oleh : Raihana Salsabila Rahim Muhaji




                   “Bangun... Bangun... Ini sudah siang. Matahari sudah tinggi, nanti rejekimu
               dipatuk ayam.” Suara Ibu membangunkan Bio yang masih asyik tertidur.
                   “Iya, sebentar lagi. Aku masih mengantuk, Bu.” Jawab Bio dengan intonasi
               malas.
                   “Aduh anak ini kebiasaan, sudah satu minggu libur selalu bangun kesiangan.
               Mentang-mentang tidak ke sekolah, maunya tidur terus” Bentak Ibu dengan nada
               kesal.
                   “Inikan libur jadi tidak apa-apa kalau bangun kesiangan Bu.” Balas Bio.
                   “Iya, tapi air di gumbang sudah habis. Bagaimana Ibu bisa cuci piring kalau
               tidak ada air. Bapakmu sudah ke kebun cengkeh sejak pukul 6 pagi. Ibu juga mau
               memasak. Cepat kamu bangun. Pergi ambil air dan jaga adik-adikmu.” Tegas Ibu.
                   “Hmmm...Iya, Bu.” gumam Bio seraya beranjak dari kasur.
                   Bio segera mengisi gumbang dan ember di kamar mandi, lalu dia pun
               ditugaskan menjaga kedua adiknya yang berumur empat dan dua tahun. Ibunya
               sibuk di dapur menyelesaikan pekerjaan lainnya. Setelah makanan telah siap, Ibu
               menyajikan sinonggi, ikan masak, sayur bening, lombok dan jeruk nipis. Mereka
               menunggu bapak yang akan pulang dari kebun cengkeh.
                   Setelah makan siang mereka pun salat zuhur berjamaah. Kemudian bapak
               kembali ke kebun cengkeh dan ibu ke dapur untuk cuci piring. Sedangkan Bio
               ditugaskan untuk menidurkan kedua adiknya.
                   Tak terasa sudah sudah sore, waktunya Bio dan teman-temannya berkumpul di
               halaman rumah Benggele untuk bermain mesuke. Mesuke merupakan permainan
               ketangkasan dengan alat berbahan pelepah sagu. Aturan mainnya nyaris sama
               dengan kasti, namun mesuke dilakukan dengan mencungkil pelepah sagu yang
               diletakkan di antara tepian lubang, lantas dipukul sekeras-kerasnya agar terlontar
               jauh.
                   “Hai teman-teman sejak tadi aku dan Karoda sudah menunggu kalian.” Kata
               Lanturege.
                   “Maaf, yah, teman-teman aku terlambat, omong-omong, kemana Benggele?”
               Tanya Bio.
                   “Iya nih masa tuan rumah belum keluar.” Kata Karoda.
                   “Hai teman-teman maaf menunggu lama, ayo kita mulai permainan mesuke.”
               Usul Benggele bersemangat.
                   Kemudian mereka melakukan hom pim pah untuk menentukan teman. Bio dan
               Karoda jadi tim satu, sementara Benggele dan Lanturege adalah tim dua. Kali
               ini permainan  mesuke  dimenangkan oleh tim satu, sebab ketangkasan dalam
               mencungkil dan memukul pelepah sagu yang dilakukan Bio sangat baik, sehingga
               mengalahkan tim dua.
                   “Wah, teman-teman tidak  terasa  sudah  mau magrib.” Seru Bio sambil


                                                           11
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27