Page 24 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 24

memandang ke langit yang beranjak senja.
                   “Iya, permainannya seru sampai kita lupa waktu.” Seru Benggele.
                   “Bagaimana kalau besok kita main metinggo, itu akan lebih seru lagi.” Kata
               Karoda dengan ekspresi yang riang memeragakan dengan kedua tangannya.
                   “Tapi saya tidak punya engrang.”  Lanturege menyambut usul Karoda dengan
               pesimis.
                   “Bagaimana kalau  permainan gunduh  saja. Biji  kemiri banyak  di belakang
               rumahku. Besok kita cari teman-teman.” Usul Bio yang tak kehilangan ide.
                   “Bagus juga usulmu. Kalau main gundu kemiri mudah didapat dan gratis.”
               Sambut Benggele dengan riang.
                   Lalu tampak Irwan turun dari mobil yang mengantarnya, kemudian ia berjalan
               mendekati kerumunan temannya yang sedang asyik berbincang.
                   “Halo semua, aku mau perlihatkan permainan terbaru zaman sekarang. Kalian
               bisa lihat di hapeku. Ini permainannya canggih sekali,” Tutur Irwan bersemangat
               sambil memamerkan permainan dari hapenya.
                   “Permainan kamu memang modern, tapi maaf, kami lebih suka permainan
               tradisional.” Tutur Bio dengan sopan.
                   “Ah, kamu kampungan sekali. Ini sudah tahun 2018, zamannya permainan
               modern. Permainan kalian tidak masuk dalam daftar milenial. Ha ha ha.” Tukas
               Irwan  seraya terkekeh dengan sombongnya.
                   “Permainan kami memang tradisional, tetapi ini permainan asli dari Kolaka.
               Jangan merendahkan begitu. Itu sama saja kamu tidak menghargai permainan
               dari daerahmu sendiri, Irwan.”  Tegas Bio yang merasa terusik dengan ucpan
               Irwan.
                   “Terserah aku, dong. Aku berhak menyukai permainan mana saja. Sekalipun
               itu permainan dari luar negeri.” Irwan tetap tak mau disalahkan.
                   “Permainan kami ini melatih ketangkasan dan kreativitas. Lagipula kita bisa
               olahraga dan menjalin kekompakkan kalau kita bermain bersama teman-teman.”
               Kata Bio yang disambut anggukan setuju dari teman-temannya.
                   “Benar kata Bio, permainan kami ini sangat merakyat. Mulai anak-anak
               sampai dewasa pasti menyukai permainan tradisional karena gratis dan mudah
               diperoleh.” Sambung Benggele.
                   “Apalagi dimainkan bersama teman-teman pasti makin seru dan menyenangkan.”
               Karoda tak mau kalah memberi dukungan.
                   “Kalau  permainan  kamu  itu  pasti  memerlukan  biaya  yang  banyak  dan
               dimainkan sendiri-sendiri, akhirnya kamu jarang mempunyai teman, karena kamu
               asyik sendiri di dalam rumah. Apalagi di mainkan dengan layar hape berjam-jam
               lamanya yang akan merusak mata.” Kata Lanturege dengan tersenyum.
                   “Permainan kamu kurang baik untuk kesehatan.” Benggele pun menambahi.
                   “Betul juga teman-teman, akhir-akhir ini mataku selalu berair dan pandanganku
               mulai kabur kalau melihat jarak jauh.” Irwan pun mengakui hal itu.
                   “Makanya jangan sepelekan permainan tradisional.” Ucap Lanturege.
                   “Kita harus lestarikan permainan tradisional supaya tidak dilupakan zaman.
               Kalau bukan kita yang memainkannya lalu siapa lagi?”  Tambah Karoda



                                                           13
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29