Page 29 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 29

PERTENGKARAN TIADA GUNA


                                                Oleh : Zalwa Putri Saharani




                   “Anak-anak, minggu depan kalian membuat prakarya, ya!” Perintah Bu Yuli.
                      “Kita akan membuat karya apa, Bu?” Tanya Putri.
                      “Membuat bingkai foto dari kardus bekas, dan sebagai hiasannya, kalian akan
               tempelkan daun-daun kering.” Jawab Bu Yuli.
                      “Bu, alat dan bahannya apa saja?” Tanya Anes.
                      “Kardus ukuran 17 cm x 15 cm, gunting, daun-daun kering, lem, serta jarum dan
               benang.” Jelas Bu Yuli.
                      “Bu,  bagaimana  dengan  pembagian  kelompoknya?”  Suara  Safira  dari  bangku
               paling belakang. Semua siswa ikut bertanya-tanya, bahkan ada yang sudah menunjuk
               sendiri siapa saja yang jadi kelompoknya sehingga menimbulkan kegaduhan di kelas.
                      “Tenang-tenang. Ini dikerjakan sendiri, tidak berkelompok. Jadi, alat serta bahannya
               kalian siapkan masing-masing.”  Tegas Bu  Yuli. “Ada pertanyaan lagi?” Sambungnya.
               Tampak semua siswa telah memahami apa yang ditugaskan untuk mereka.
                      Seminggu kemudian anak-anak membawa perlengkapan untuk membuat prakarya,
               tanpa terkecuali. Semua terlihat antusias.
                      “Dengar anak-anak, sebelum kita mulai, Ibu mau menginformasikan bahwa 10
               hasil karya terbaik kalian nanti, akan ditampilkan pada pameran ekspo HUT Kolaka. Jadi
               kalian berkreasilah sebaik-baiknya. Waktu kalian, 3 jam dari sekarang.” Pungkas Bu Yuli.
                      “Baik, Bu.” Anak-anak serentak menjawab penuh semangat. Kemudian mereka
               melakukan langkah-langkah pembuatan bingkai sesuai arahan Bu Yuli, dan semuanya
               berjalan dengan lancar, hasilnya pun memuaskan.
                      “Aduh, aku kehilangan gunting.” Sentak Safira yang tampak kesal sambil memeriksa
               perlengkapannya.
                      “Memangnya, kau taruh di mana guntingmu?” Tanya Anes.
                      “Semua alat dan bahanku aku simpan di atas meja.” Jawab Safira.
                      “Coba lihat, guntingku beda dengan guntingmu, guntingku bewarna hijau dan
               bergambar boneka. Sementara kamu warna hitam polos.” Kata Anes.
                      “Iya, aku tahu. Itu bukan guntinku. Duh bagaimana kalau gunting itu tidak ketemu.
               Pasti ibuku marah.” Jawab Safira sedih.
                      “Tadi kulihat, Melsa sempat berdiri di dekat mejamu. Coba tanya ke dia, siapa tahu
               dia melihat guntingmu.” Kata Tessa.
                      Safira pun segera menghampiri bangku Melsa untuk mencari tahu guntingnya yang
               hilang.
                      “Melsa, coba aku lihat guntingmu!” Sentak Safira.
                      “Memangnya kenapa. Ini guntingku yang aku bawa dari rumah. Ini kamu lihat
               sendiri.” Jawab Melsa seaya mengeluarkan gunting dari tasnya.
                      “Ini guntingku. Warnanya hitam polos.” Tangan Safira merebut gunting tersebut.
                      “Eh, kamu jangan sembarangan. Itu milikku. Memangnya hanya kamu yang punya
               gunting hitam polos?” Tukas Melsa merasa geram.



                                                           17
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34