Page 36 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 36

SAYANG ADIK


                                             Oleh : Putu Aditya Kusuma Putra




                   Adit selalu  senang  jika diajak  pulang  ke kebun milik keluarganya  di kampung,
               sebab suasana di sana sangat sejuk oleh pohon-pohon yang rindang. Terlebih saat
               ini sedang  musim rambutan dan langsat. Itu adalah buah-buahan kesukaan Adit yang
               akan dipanen bersama keluarga besarnya. Biasanya, Adit akan bertugas memunguti
               buah-buahan yang jatuh.
                   Namun kali ini ada pemandangan yang mengusik batinnya. Dari jauh dilihatnya
               Putra,  tetangga di kebunnya yang sedang memarahi adiknya.  Adit memerhatikan
               bagaimana Putra menyuruh pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh anak
               sekecil itu, sebab terlihat wajah adiknya yang sangat  kelelahan. Adit pun mendekati
               mereka untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
                   “Putri, kamu harus sapu semua daun-daun ini, sebelum Ayah datang.” Bentak Putra
               sambil menunjuk ke arah daun-daun yang berserakan.
                   “Tapi, Kak, daun-daun ini banyak sekali. Seharusnya Kakak membantu. Supaya
               pekerjaan cepat selesai.” Jawab Putri sambil mengelap keringat di wajahnya.
                   “Tidak usah banyak mengeluh. Kakak mau tidur siang. Kamu tidak lihat tadi Kakak
               yang pungut sebagian rambutan dan langsat.” Kata Putra diiringi wajah yang dibuat-
               buat seakan kelelahan.
                   “Tapi, Putri juga membantu Kakak memungut itu semua.” Jawabnya.
                   “Tidak usah beralasan, cepat kamu kerjakan saja apa yang Kakak bilang.” Bentak
               Putra yang hendak berlalu meninggalkan kebun, namun langkahnya terhenti karena
               melihat Adit.
                   “Hai Putra, kenapa kamu marah-marah sejak tadi?” Adit menegur Putra.
                   “Ini, Dit, adikku terlalu malas, masa disuruh menyapu saja tapi alasannya banyak
               sekali.” Gumam Putra menyalahkan adiknya.
                   “Oh menyapu daun-daun, ya?”Adit menambahi.
                   “Iya, Dit. Tadi itu ayah kami berpesan, kalau semua daun-daun ini harus disapu.”
               Jawab Putra.
                   “Lalu kenapa kau tidak membantunya? Kasihan kalau dia sendirian yang
               membersihkan.  Dia  kan  masih  kecil.  Apalagi  daun-daunnya  banyak  begitu.”  Adit
               memberi saran kepada Putra.
                   “Tapi Dit, aku mengantuk sekali. Tadi malam aku begadang nonton bola. Adikku
               pasti mengerti.” Putra mengungkapkan alasannya.
                   “Tapi  kalau  pekerjaannya bertumpuk  begini,  bisa-bisa  adikmu  kewalahan.  Dan
               yang terpenting kamu jangan suka membentak atau memarahi adikmu. Dia adikmu
               satu-satunya. Aku anak tunggal dan kalau aku punya adik, pasti akan kusayang dan
               tidak akan membentak dia. Kau hanya tidak merasakan bagaimana  sepinya tidak
               punya saudara.” Ungkap Adit. Putra terdiam, lalu sejenak menarik napas dan segera
               menyadari kekeliruannya.
                   “Kau masih punya sapu? Bagaimana kalau pekerjaan ini kita selesaikan bertiga,



                                                           23
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41