Page 90 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 90
KEBIASAAN ADIKKU
Oleh: Putu Ayu Lestari
Hari ini, cuaca sangat cerah, tapi tidak secerah wajah Mia. Sepulang dari
sekolah, wajah Mia diliputi kekesalan, di otaknya selalu kepikiran terhadap
kebiasaan adiknya setiap pulang sekolah, yang selalu menaruh sembarangan
peralatan sekolahnya. Topi, tas, kaos kaki, sepatu, semua ditaruh sembarangan
saja. Dan akhirnya, Mia yang selalu merapikannya ke tempat semula. Inilah
akibatnya kalau sekamar bersama adik, pikir Mia dengan perasaan kesal.
Sesampainya di rumah, Mia langsung saja menemui ibunya di dapur.
“Ibu, jangan selalu memanjakan Iyan, kalau terus-terusan seperti itu, dia tidak
akan bersikap mandiri.” Ungkap Mia.
Ibu Mia kaget dan heran dengan anak perempuannya ini, belum ganti seragam
sudah datang ke dapur dan mencurahkan tentang kekesalan terhadap adiknya.
Berkatalah ibu, “Mia, kalau pulang sekolah, ganti seragammu dulu, baru datang
menemui Ibu.” Ujar Ibunya. Namun karena Mia telanjur membahas sesuatu,
jadilah ibunya menanggapi hal itu lebih dulu sebelum Mia ke kamarnya.
“Soal Iyan, adikmu itu, Ibu tidak memanjakannya, Almarhum ayahmulah yang
terlalu menyayanginya, dan Ibu, kan, sudah beberapa kali menasihatinya sampai
marah-marah, tetapi keesokan harinya, dia lupa lagi melaksanakan tugasnya
itu.” Jawab Ibu menerangkan.
Mia berpikir mencari solusi agar Iyan bisa berubah dan menjadi lebih mandiri.
Iyan pun telah tiba di rumah, seperti biasa, peralatan sekolahnya ditaruh
sembarangan di kamar. Mia yang melihat kedatangan Iyan adiknya itu, langsung
menemui dan menegurnya, “Iyan, bisa tidak kamu merapikan peralatan sekolahmu
terlebih dahulu sebelum kita makan siang bersama! Haruskah aku yang selalu
menyimpan dan merapikan peralatan sekolahmu. Aku sudah bosan mendengar
teriakanmu tiap pagi, mencari pulpen, buku, dasi, dan lain sebagainya. Kapan
kamu mau seperti itu terus, Iyan?”
Dan tanpa rasa bersalah Iyan menjawab, “ah. Kak Mia, berisik sekali. Aku
sudah lapar, bicaranya nanti dilanjutkan lagi.” Sambil berbalik menuju ke dapur,
dan seketika saja, Mia tersinggung dengan ucapan adiknya, dan memegang
tangan kanan adiknya dengan erat, dan berucap, “apa kamu bilang? Aku berisik
katamu? Sambil melotot ke wajah adiknya. Untung saja Ibu datang melerai anak-
anaknya.
“Mia, sudahlah, ayo kita makan siang bersama.” Lalu Ibu menoleh ke arah
Iyan, “dan kamu Iyan, cepat ganti bajumu sekarang juga, lalu kembali ke meja
makan!”
Saat makan siang bersama, Mia dan Iyan tak saling menegur, gara-gara
69