Page 214 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 214
Pada tahun 1918 berdiri organisasi pemuda yang bernama Jong Minahasa.
Menyusul berikutnya berdiri Jong Celebes (Sulawesi), Jong Ambon, Jong
Borneo (Kalimantan). Kemudian Sekar Rukun, organisasi pemuda dari tanah
Sunda yang didirikan oleh para pelajar Sekolah Guru. Organisasi-organisasi
ini berorientasi pada kedaerahan atas dasar prinsip persatuan. Tujuan
dikembangkannya organisasi-oraganisasi itu untuk mempersatukan para
pemuda dan pelajar yang merupakan keturunan dari orang tua yang berasal
dari daerah-daerah yang bersangkutan (misalnya anggota Jong Celebes
para pemuda/pelajar keturunan orang tua dari Sulawesi, Jong Ambon, para
pemuda keturunan orang tua dari Ambon, dan begitu seterusnya).
Selain berkembang organisasi pemuda dari berbagai daerah juga muncul
organisasi pemuda dari kelompok agama. Sebagai contoh dari penganut
agama Islam muncul organisasi Jong Islamieten Bond (JIB). Organisasi ini atas
ide Agus Salim setelah usulnya untuk memasukkan unsur Islam di dalam
Jong Java, tidak diterima. Oleh karena dibentuk Jong Islamieten Bond untuk
mewadahi para pemuda yang berasal dari kalangan Islam. Sebagai ketua JIB
dipercayakan kepada Samsurijal dan Agus Salim sebagai penasihat. Sekalipun
berbasis Islam, JIB memperjuangkan persatuan nasional
Perkembangan organisasi-organisasi pemuda tersebut semakin meramaikan
suasana pergerakan kebangsaan di Indonesia, apalagi setelah beberapa
organisasi pemuda mulai bersentuhan dengan gerakan politik. Sebagai
contoh pada lustrum pertama Jong Sumatranen Bond pada tahun 1923.
Dalam lustrum itu Muh. Yamin menyampaikan pidato yang bertajuk; De
Maleische Taal in het verleden, heden en ini de toekomst (Bahasa Melayu
di Masa Lampau, Sekarang dan Masa Datang). Muh. Yamin melontarkan
gagasan pentingnya sebuah majalah kebudayaan yang diberi nama Malaya
(nama ini dalam rangka mengambil hati penduduk Malaya yang masih
berada di bawah penjajahan Inggris). Gagasan ini dapat dimaknai bahwa
perlunya bangsa Indonesia memiliki bahasa pengantar yang bersumber dari
budaya sendiri (Restu Gunawan, “Pemuda dan Perempuan dalam Dinamika
Nasionalisme Indonesia, dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012).
Begitu juga Jong Java setelah tahun 1924 nuansa politik semakin jelas.
Sementara itu JIB sudah sangat kental dengan gerakan politik. Dengan
demikian, telah terjadi perubahan pesat dan radikal di lingkungan organisasi
pemuda. Organisasi pemuda saat itu semakin meluas untuk mencapai cita-
cita persatuan Indonesia.
206 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1