Page 41 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 41

Dalam  praktiknya,  antara  kolonialisme  dan  imperialisme  sulit  untuk
                       dipisahkan.  Kolonialisme  merupakan  bentuk  pengekalan  imperialisme
                       (Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012). Muara kedua paham itu adalah
                       penjajahan dari negara yang satu terhadap daerah atau bangsa yang lain.
                       Sistem inilah yang umumnya diterapkan bangsa-bangsa Eropa yang datang
                       di Kepulauan Nusantara, baik Portugis, Spanyol, Inggris maupun Belanda.
                       Sistem ekonomi dan praktik penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa
                       itu tidak dilepaskan dari sistem ekonomi yang berkembang di Eropa yakni
                       sistem ekonomi merkantilisme, sejak abad ke-16. Merkantilisme merupakan
                       sistem ekonomi yang menekan peraturan dan praktik ekonomi pemerintahan
                       suatu negara dengan tujuan memperluas kekuasaan dengan mengorbankan
                       kekuatan  nasional  negara  saingannya.  Merkantilisme  ini  diarahkan  untuk
                       menambah cadangan moneter dengan melakukan ekspansi ke  negara lain.
                       Paham inilah yang mendorong terjadinya kolonialisme. Oleh karena itu, ciri
                       yang  menonjol  dalam  sistem  ekonomi  merkantilisme  yakni  menciptakan
                       koloni di luar negaranya sendiri dan melakukan monopoli perdagangan. Oleh
                       karena itu, tidak mengherankan bahwa kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke
                       dunia Timur telah melahirkan koloni-koloni di berbagai wilayah.

                       Semua itu dalam rangka mencapai kejayaan bangsanya atas masyarakat atau
                       bangsa  yang lain.  Pihak atau bangsa lain dipandang sebagai musuh dan
                       harus disingkirkan. Sifat keangkuhan dan keserakahan ini telah menghiasi
                       perilaku  kaum  penjajah.  Inilah  sifat-sifat  yang  sangat  dibenci  dan  tidak
                       diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.


                       Demikian halnya dengan VOC, tidak sekedar menjadi sebuah kongsi dagang
                       yang berusaha untuk mencari untung saja, tetapi juga ingin menanamkan
                       kekuasaannya di Nusantara. VOC dengan hak-hak dan kewenangan yang
                       diberikan  pemerintah  dan  parlemen  Belanda  telah  melakukan  penjajahan
                       dan penguatan akar kolonialisme dan imperialisme.  VOC telah melakukan
                       praktik  penjajahan    di  Nusantara.  Melalui  cara-cara  pemaksaan  monopoli
                       perdagangan, politik memecah belah serta tipu muslihat yang sering disertai
                       tindak peperangan dan kekerasan, semakin memperluas daerah kekuasaan
                       dan  memperkokoh  “kemaharajaan”  VOC.  Sekali  lagi  tindak  keserakahan
                       dan kekerasan yang dilakukan oleh VOC itu menunjukkan mereka tidak mau
                       bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
                       wajar kalau timbul perlawanan dari berbagai daerah di Nusantara, misalnya
                       dari Aceh, Banten, Demak, Mataram, Banjar, Makassar, dan Maluku.








                                                                                            33
                                                                             Sejarah Indonesia
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46