Page 170 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan (z-lib.org)_Neat
P. 170

terakhir, ia mencoba memikirkan satu cara agar ia bisa memperoleh
                 kesempatan menidurinya, tak usah lama, kurang dari lima menit sudah
                 cukup untuknya. Atau sekadar menyentuh tubuhnya. Sampai kemudian
                 ia memutuskan untuk mendatangi sen diri rumah perempuan itu, satu
                 hal yang tak pernah dilakukan lelaki mana pun.
                    Kliwon menyukai musik dan pandai bermain gitar, paling tidak
                 me miliki banyak repertoar lagu-lagu cengeng dan keroncong yang
                 bisa dinyanyikan di samping teman-temannya. Ia mendatangi rumah
                 Dewi Ayu di suatu hari Minggu seorang diri dengan menenteng sebuah
                 gitar, mendandani dirinya sebagai seorang pengamen, dan berniat me-
                 naklukan perempuan itu dengan lagu dan rayuan gombalnya. Ia telah
                 melakukannya beberapa kali, merayu beberapa gadis yang digila-gilainya
                 dengan menyanyikan lagu di bawah jendela kamar mereka, maka kini
                 berdiri di depan pintu rumah Dewi Ayu, ia mulai memetik senar gitar
                 dan bernyanyi dengan suara falsetonya.
                    Sang pelacur tampaknya tak tergoda sama sekali hingga untuk bebe-
                 rapa saat ia harus berdiri di sana menyanyikan lima lagu tanpa seorang
                 pun membuka pintu. Ia telah mendengar dari orang-orang bahwa perem-
                 puan itu tinggal bersama tiga anak gadisnya serta dua orang pembantu,
                 dan mereka orang-orang yang ramah belaka. Dengan penuh prasangka
                 baik, ia terus berdiri di sana hingga sepuluh lagu dinyanyikan dan teng-
                 gorokannya terasa kering. Ketika satu jam berlalu ia mulai mengeluarkan
                 saputangan dan melap keringat yang berbintik-bintik di sekitar leher dan
                 dahinya, sementara kedua kakinya tak lagi mampu menopang tubuh-
                 nya. Tak ada tanda-tanda bahwa tuan rumah akan muncul. Ia akhirnya
                 meletakkan gitar di atas meja dan duduk di kursi, pandangannya nyaris
                 berkunang-kunang tapi ia bertekad tak akan menyerah.
                    Musik yang berhenti ternyata lebih menarik perhatian tuan rumah
                 daripada musik yang dinyanyikan. Tanpa ia duga sama sekali, pintu ter-
                 buka dan seorang gadis kecil berumur delapan tahun muncul dengan
                 segelas limun dingin, meletakkannya di atas meja di samping gitar.
                    ”Kau boleh bernyanyi di halaman rumah kami selama kau suka,”
                 katanya, ”tapi tentunya kau sangat haus.”
                    Kliwon berdiri kaku. Bukan oleh kata-kata si gadis kecil atau limun
                 dingin yang disuguhkannya, tapi demi melihat seorang bidadari mungil

                                             163





        Cantik.indd   163                                                  1/19/12   2:33 PM
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175