Page 229 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 229

208  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


          diasingkan di Jawi menyusul perselisihan dengan pelindung Ahmad Khatib,
          ‘Awn al-Raf q, pada 1893. Bagaimanapun, orang-orang Khalidi Sumatra tidak
          tinggal diam menerima risalah Ahmad Khatib. Berbagai deklarasi dikeluarkan
          menuduh murtad orang Jawi yang berbasis di Mekah itu, dan Muhammad
          Sa‘d  Mungka  dari  Payakumbuh  (1857–1912)  menuduh  bahwa  Ahmad
          Khatib telah menghina para wali dalam karyanya Irgham unuf al-muta‘anitin
          (Memotong Hidung Orang-Orang yang Menjengkelkan).  Kemudian, seorang
                                                        16
          Khalidi yang lain, ‘Abdallah b. ‘Abdallah dari Tanah Darat, mengirimkan surat
          pribadi berisi peringatan kepada Ahmad Khatib.
              Datangnya  risalah  maupun  ejekan  pada  1907  berdampak  pada
          terdorongnya  sang  “Imam  Mazhab  Syaf ‘i”  itu  mengambil  tindakan  lebih
          jauh. Pada September Ahmad Khatib merancang sebuah bantahan terhadap
          Muhammad  Sa’d,  al-Ayat  al-bayyinat  lil-munsif n  (Tanda-Tanda  yang  Jelas
          bagi  Orang-Orang  yang  Saleh),  diikuti  pada  Desember  oleh  risalah  lebih
          pendek  meski  sama  tajam  yang  berjudul  al-Sayf  al-battar  (Pedang  yang
          Tajam). Keduanya diterbitkan di Kairo pada 1908 bersama dengan cetakan
          ulang Izhar zaghl al-kadhibin, yang didanai oleh warisan Ahmad al-Saqqaf,
          mendiang  dermawan  Singapura  dan  mufti  Mekah,  yang  patronasenya
          memiliki legitimasi tertentu karena pengarang keduanya direncanakan untuk
          mengatasi semua bantahan yang mungkin dari Hindia. 17
              Barangkali  sekadar  bobot  argumennya  dipadukan  dengan  volume
          kutipan  yang  dinukil,  diperhitungkan  untuk  menguasai  khalayak  yang
          dinyatakan Ahmad Khatib benar-benar tak berdaya dalam cengkeraman para
          guru dan dengan bersikeras tidak mau meninggalkan berbagai tradisi nenek
          moyang yang mereka hargai. Setelah menyatakan kembali sikapnya dalam
          Ayat al-bayyinat mengenai persoalan berbagai inovasi yang diperkenalkan oleh
          orang-orang  Khalidi  penipu  semacam  Sulayman  Afandi  dan  Khalil  Pasha,
          Ahmad Khatib menyatakan bahwa dunia sudah tidak lagi memiliki mistikus
          dengan wawasan yang benar sejak abad keempat Hijriah. Dalam Sayf al-battar-
          nya, dia memberikan ref eksi mengenai bahaya saling menuduh murtad yang
          berlebihan di antara ulama. Ahmad Khatib jelas ingat perang yang membawa
          Belanda ke Dataran Tinggi Padang. Dia menyebut lawan Khalidi-nya sebagai
          perwakilan gerakan musyrik yang bertujuan mendapat keuntungan pribadi. 18
              Masih  ada  lagi.  Di  halaman-halaman  terakhir  Sayf  al-battar,  Ahmad
          Khatib  memberikan  alasan-alasan  pribadi  bagi  kekuatan  perasaannya,
          mengklaim  bahwa  “selama  bertahun-tahun”  dia  sudah  mencari  orang-
          orang makrifat, menjadikan dirinya “budak” ketika dia mengikuti program-
          program mereka. Namun, dia mendapati mereka tak lebih dari “para penipu
          yang menjual agama demi dunia, mencari penghidupan menggunakan nama
          tarekat”.  Dan, dia punya kejutan lain untuk para penipu Padang:
                 19
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234