Page 14 - E-BOOK LATIHAN AKM LITERASI INFORMASI DAN FIKSI
P. 14
karena kecantikan dan kebaikan hatinya. Akhirnya Raden Banterang mempersuntingnya
menjadi istri. Mereka pun hidup banagia di kerajaan tersebut.
Suatu hari, Putri Surati berjalan-jalan keluar istana sendirian dan bertemu dengan
seorang Laki-laki bertampang lusuh dan berpakaian compang-camping. Surati sangat terkejut
ketika laki-laki itu memanggil namanya. Ternyata laki-laki itu adalah kakaknya, Rupaksa.
Mereka pun berbicara dan ja mengajak Surati untuk membalaskan dendam akan kematian
ayahnya. Surati sangat terkejut saat mengetahui orang yang bertanggung jawab atas kematian
ayahnya adalah Raden Banterang, suaminya.
Surati pun menjelaskan kepada kakaknya bahwa la sudah menikah dengan Raden
Banterang dan menolak untuk membalas dendam. la pun memohon agar kakaknya mau
mengampuni suaminya. Mendengar cerita adiknya, Rupaksa hanya terdiam lalu melepaskan
ikat kepalanya dan memberikannya kepada Surati. Rupaksa meminta Surati menyimpan ikat
kepala itu di bawah tempat tidurnya sebagai kenangan akan keluarganya. Surati berjanji
untuk melaksanakan permintaan kakaknya lalu mereka pun berpisah.
Pertemuan Surati dan kakaknya ini tidak diketahui oleh Raden Banterang Surati pun
tidak ingin memberitahukan permintaan kakaknya kepada suaminya. Namun, suatu hari saat
Raden Banterang pergi berburu, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang berpakaian
compang-camping. Laki-laki yang tiba-tiba mendekati Raden Banterang itu berkata, "Wahai
Tuanku, keselamatanmu dalam bahaya.
Istrimu, Putri Surati, ingin menghabisi nyawamu, Tuan. Sebagai buktinya adalah
sebuah ikat kepala laki-laki yang ada di bawah tempat tidurnya!" kata laki-laki itu.
Mendengar itu, Raden Banterang langsung kembali ke istana. Ia mencari-cari ikat kepala
yang diceritakan laki-laki tadi. Betapa terkejutnya la ketika menemukan ikat kepala yang
dimaksud. Raden Banterang sangat marah dan takut keselamatannya terancam, Lalu, ia
langsung mencari istrinya.
Saat ia menemukan istrinya di lorong istana, Raden Banterang langsung membentak
dan memarahinya. Putri Surati terkejut kemudian menjelaskan, "Sebenarnya ikat kepala itu
berasal dari kakakku, aku bertemu dengannya tadi. Aku tidak berniat untuk mencelakaimu
Raden Banterang yang sudah tersulut emosinya tidak peduli lagi dengan penjelasan Surati, la
langsung membawa istrinya ke luar istana menuju ke pinggir sungal.
Putri Surati yang pasrah berkata kepada suaminya, "Suamiku, jika aku mati dan air
sungai ini berbau harum, aku tidaklah berbohong. Jika air sungai ini berbau busuk benarlah
prasangkamu, Tanpa pikir panjang, Raden Banterang langsung mendorong tubuh Surati ke
sungai yang beraliran deras itu. Surati pun jatuh ke sungai terbawa arus Tiba-tiba terjadi
keajaiban, air sungai menjadi berbau harum seperti bunga dan menjadi jernih, Raden
Banterang yang teringat kata-kata terakhir istrinya pun menjadi sangat menyesal atas apa
yang telah ia perbuat. la menyada bahwa istrinya tidak berbohong. la pun hanya bisa meratapi
kematian Istrinya.
Sejak itulah, sungai tersebut menjadi harum baunya. Dalam Bahasa Jawa, banyu
artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota
Banyuwangi.
14