Page 101 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 101
SEJARAH PERUNDANGAN PADA MASA KHULAFĀʼ AL-RĀSYIDĪN
“Kemarin ayahnya dibunuh, apakah sekarang anaknya juga harus dibunuh?” ʻAmr bin al-ʻĀsh RA berkata, “Ya Amirulmukminin! Allah SWT telah melepaskan dirimu dari permasalahan tersebut dan perkara ini terjadi tidak pada
masa pemerintahanmu maka tutup saja kasus ini.” Akhirnya, ʻUtsmān bin ʻAffān RA mengambil jalan tengah, yaitu dengan membayar denda (diyyat) kepada orang yang terbunuh dari harta pribadinya, karena perkara ini dikembalikan kepada dirinya sebab orang- orang yang terbunuh tersebut tidak mempunyai ahli waris selain Baitulmal. Dan beliau melihat bahwa yang demikian itu lebih besar maslahatnya lantas beliau membebaskan ʻUbaid Allāh RA.27
Gilap Minda
Dalam pidato pengangkatan Khalifah‘Utsmānbin‘Affān RA, beliau menyatakan seperti berikut: “Janganlah sekali-sekali kehidupan dunia memperdayakan kalian dan jangan pula penipu (syaitan) menipu kamu dalam mentaati Allah SWT. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu...” Bagaimana syaitan memperdaya manusia dalam usaha mereka melaksanakan undang-undang?
D ʻAlī bin Abī Thālib RA
SETELAH ʻUtsmān RA terbunuh pada malam Jumat 18 Zulhijah tahun 35H, kaum muslimin sempat mendatangi ʻAlī RA untuk membaiʻat beliau sebelum jenazah ʻUtsmān RA dimakamkan. Pada awalnya, ʻAlī bin Abī Thālib RA menolak baiʻat mereka. Beliau menghindar ke rumah milik Banī ʻAmr bin Mabdzūl RA, seorang Anshar. Beliau menutup pintu rumah dan menolak menerima jabatan khilāfah tersebut namun mereka terus mendesak beliau. Orang-orang datang mengetuk pintu dan terus mendesak. Mereka membawa serta Thalḥah
27 Ibid.
85