Page 103 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 103

SEJARAH PERUNDANGAN PADA MASA KHULAFĀʼ AL-RĀSYIDĪN
(Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan- Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui’.” (QS. al-Anfāl/8: 26-27)29
Pidato tersebut memberikan isyarat, bahwa ʻAlī RA senantiasa mengingatkan agar tetap berpegang pada kitab Allah SWT dan tetap menjaga persatuan umat Islam. Hal itu melihat kondisi fitnah yang menimpa umat kala itu amat dahsyat, yaitu munculnya kelompok pecahan dari Islam, seperti Khawārij dan Syīʻah. Walaupun demikian, ʻAlī RA tetap berusaha memadamkan api fitnah yang bergejolak sesudah terbunuhnya Khalifah ʻUtsmān bin ʻAffān RA. Itu semua bertujuan agar kondisi umat stabil dan perundangan Islam berjalan dengan baik.
Pada masa ʻAlī bin Abī Thālib RA, asas perundangan Islam masih mengikuti warisan khalifah sebelumnya, yaitu asas perundangan yang diamalkan oleh Abū Bakr, ʻUmar dan ʻUtsmān RA. ʻAlī RA menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber primer dalam memutuskan suatu hukum dan menggunakan Ijtihad sebagai sumber sekundernya. Langkah ini akhirnya juga diikuti oleh mayoritas sahabat yang lainnya, seperti Ibn Masʻūd dan kibār al-shaḥābah RA. Hal ini sebagaimana diriwayatkan al-Dārimī raḥimahullah berikut ini:
و َعن َعبد اللهِ ب ِن مسعود، َقا َل: َأ َتى َع َلينَا َزما ٌن َلسنَا َن ْقض ََُْْْْْ َْْ
ٍِِ
و َلسنَا ُهنَال َك، وإ َن الله َق ْد َق َّدر من ا ْلمر أ ْن َق ْد ب َل َغنَا ما َترو َن، َََََََْْْ
ِِ َََِِ
َفمن َعر َض َله َق َضاء َفْليْقضفيهبمفكَتابالله َعَّزوجَّل، ٌََََُْْ ََ
ِِِ ِِِِِ
َف إ ْن ج ا ء ه م ا َل ي س ف ك َت ا ب ا لله َف ْل ي ْق ض ف ي ه ب م َق َض ب ه ر س و ُل ََََُْ َ َْ َُْ
29 Ibid., hlm. 448.
ِِِِ ِ ِِِِِِ
87



























































































   101   102   103   104   105