Page 104 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 104
SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
اللهصَّلاللهُ َعَليهوسَّلم، َفإ ْنجاءهما َليسفكَتاباللهوَل َََََََََُْْْْ
ِِ ِِِِِ
َيْقضفْيه َرُسْوُلالله َصَّلاللهُ َعَلْيه َوَسَّلَم، َفْلَيْقضبَم َقَض
ِِِ ِِِِ
ِِِ َِِِِ بهالصالو َن،وَليُقْل ِلإِّن َخائ ٌف،وإِّنأرى، َفإ َّناْلحرام
ِ
ََََََََُّْْْْ
ُِِِ ب ٌي،واْلحَلَلب ٌيوب َيَذلَكأمورمْشَتبهٌة،َفَدعمايريبَكإَل
ٌَََََََََُُُِِّّْْْْ ِ
َ م ا َ ل َ ي ر ْ ي ُ ب َك ”
Dari ʻAbd Allāh bin Masʻūd RA, berkata: “Telah datang pada masa kita zaman yang kami bukanlah pemutus hukum dan bukan pula demikian itu, kecuali sesungguhnya Allah telah menetapkan urusannya yang telah sampai pada kita, sebagaimana yang kalian lihat. Maka barangsiapa yang menghadapi masalah hukum, putuslah dengan kitab Allah. Jika tidak mendapatkannya, maka putuskanlah dengan sunnah Rasulullah SAW. Jika tidak mendapatkannya dalam kitab Allah dan tidak ada dalam sunnah Rasulullah SAW, maka putuskanlah dengan apa yang diputuskan oleh para ulama yang saleh dan jangan katakan kepadaku, ‘aku takut’, sesungguhnya aku melihat bahwa yang haram telah jelas dan yang halal juga telah jelas dan di antara keduanya ada perkara yang syubhat, maka tinggalkanlah sesuatu yang ragu-ragu, sampai keraguan itu hilang darimu.” (HR. al-Dārimī)
Contoh keadaan hukum pada masa ini, ʻAlī bin Abī Thālib RA memberikan tindakan hukum bagi para pemberontak (Bughāt), setelah mencari harapan dari Al-Qur’an, Sunnah, serta Ijtihad para sahabat RA kala itu. Hal itu termasuk dalam kategori jihad untuk menjaga kestabilan dalam negeri dan menyatukannya, serta menghadapi segala upaya yang memecah belah kepimpinan dan
88