Page 106 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 106

    SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
semakin banyak yang terbunuh dari para penghafal Al-Qur’an
(Qurrāʼ) dari kalangan sahabat RA.
ʻUmar bin Khaththāb RA mengusulkan kepada Abū Bakr RA untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Hanya saja, pada pertama kalinya Abū Bakr RA merasa ragu; karena hal itu merupakan perkara yang baru (bidʻah) yang belum pernah ada sebelumnya pada masa Rasulullah SAW, sementara Abū Bakr RA merupakan tokoh yang paling bersemangat dalam mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan menjauhi segala apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tetapi setelah beliau bermusyawarah panjang bersama ʻUmar, beliau dapat menerima kebenaran pendapat ʻUmar RA tersebut. Maka kelihatan jelas baginya akan kemaslahatan dari apa yang selama ini dianggapnya bertentangan itu dan beliau paham bahwa pengumpulan Al-Qur’an tersebut walaupun belum dikerjakan oleh Rasulullah SAW adalah merupakan wasilah yang paling besar untuk memudahkan dalam menghafal Al-Qur’an dan menjaganya dari kemusnahan. Maka kemudian beliau mengutamakan untuk melaksanakan pendapat ʻUmar RA, karena menjaga maslahat tersebut. Dan pendapat ʻUmar RA tersebut teramatlah tepat dalam hal itu, sebagaimana pendapat-pendapat ʻUmar RA dalam urusan besar lainnya yang juga telah terbukti tepat. Setelah bermusyawarah bersama ʻUmar, maka Abū Bakr mengutus Zaid bin Tsābit RA agar menulis Al-Qur’an dan mengumpulkannya pada satu tempat.
Dalam hal itu, Imām al-Bukhārī raḥimahullah meriwayatkan hadis dari Zaid Bin Tsābit RA bahwasanya ia berkata: “Para korban perang Yamāmah dibawa ke hadapan Abū Bakr RA, maka tiba-tiba di situ ada ʻUmar Bin al-Khaththāb RA di sisinya. Abū Bakr berkata: ʻSesungguhnya ʻUmar RA datang kepadaku. ʻUmar RA pun berkata: ʻSesungguhnya korban dari kalangan penghafal Al-Qur’an sungguh banyak pada perang Yamāmah, aku khawatir korban dari kalangan penghafal Al-Qur’an berkelanjutan di negeri ini sehingga hilang dari kebanyakan Al-Qur’an. Aku berpendapat agar engkau memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an’. Aku berkata kepada ʻUmar RA: ʻBagaimana aku mengerjakan apa yang belum pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW?’ ʻUmar RA
   90





























































































   104   105   106   107   108