Page 108 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 108
SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
dia pun mendiskusikannya dengan ʻAlī bin Abī Thālib RA, maka ʻAlī RA bertanya: “Apa pendapatmu jika ada sekelompok orang yang bersama-sama mencuri unta, apakah engkau akan memotong tangan mereka semua?” “Ya,” jawab ʻUmar RA. ʻAlī RA pun berkata: “Begitulah...” Kemudian atas dasar analogi atau Qiyās terebut, maka ʻUmar RA menetapkan hukum bagi mereka, “Andaikata penduduk Shan’a itu semua bersama-sama membunuh pria itu, sungguh akan aku bunuh mereka semua.”31
Khalifah ʻUmar RA tidak menghukum potong tangan seorang pencuri yang mencuri makanan di musim paceklik atau kemarau karena mempertimbangkan kemaslahatan umat, di samping bahwa memelihara nafs (jiwa) itu lebih didahulukan daripada memelihara māl (harta). Jadi, perlindungan terhadap nyawa manusia saat itu lebih dipentingkan daripada harta.32
3 Mushaf ʻUtsmani pada masa ʻUtsmān bin ʻAffān RA
Pembukuan Al-Qur’an dengan “satu huruf” (satu versi qira’ah atau bacaan) dan membuang mushaf versi lain merupakan salah satu bentuk ijtihad ʻUtsmān RA dalam menghadapi perpecahan kaum muslimin dalam bacaan Al-Qur’an. Dalam hal ini, Imām al-Bukhārī raḥimahullah meriwayatkan bahwa Ḥudzaifah bin al-Yamān menghadap ʻUtsmān RA , waktu itu Ḥudzaifah bersama penduduk Irak sedang memerangi penduduk Syam dalam peperangan Armenia. Maka Ḥudzaifah pun kaget dalam perselisihan
31 Muhammad Zuhri. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996, hlm. 40.
32 Mushthafā al-Zarqā, Al-Madkhal al-Fiqhī al-ʻĀm, hlm. 176. 92