Page 109 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 109
4
mereka mengenai qira’ah, Ḥudzaifah berkata pada ʻUtsmān RA , “Wahai Amirulmukminin, perhatikan umat ini sebelum mereka berpecah belah dalam Al-Qur’an sebagaimana perpecahan Yahudi dan Nasrani”. ʻUtsmān RA pun mengirim surat ke Ḥafshah, “Kirimkan kepada kami mushaf agar kami menyalinnya kemudian kami akan mengirimkannya kembali kepada kamu.” Ḥafshah pun mengirimkan mushaf tersebut kepadanya, kemudian ʻUtsmān RA mengirimkan kepada Zaid bin Tsābit, ʻAbd Allāh bin Zubair, Saʻīd bin ʻAsh dan ʻAbd al-Rahmān bin al-Ḥārits bin Hisyām. Mereka pun menyalin mushaf tersebut pada beberapa mushaf. Kemudian ʻUtsmān RA berkata kepada pembesar Quraisy, “Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsābit dalam masalah Al-Qur’an, maka tulislah dengan lisan Quraisy, karena sesungguhnya Al- Qur’an turun dengan lisan mereka. Maka mereka pun mengerjakan perintah ʻUtsmān RA tersebut. Sampai ketika mereka telah selesai menyalin mushaf tersebut menjadi beberapa mushaf, maka ʻUtsmān RA pun mengembalikan mushaf itu kepada Ḥafshah dan mengirimkan mushaf- mushaf yang disalin ke seluruh penjuru daerah Islam serta memerintahkan membakar seluruh mushaf-mushaf dan lembaran selain mushaf ʻUtsmān RA tersebut. (HR. al- Bukhārī)
Tentang wanita yang ditinggal mati suaminya pada masa ʻAlī bin Abī Thālib RA
Para sahabat RA berbeda pendapat tentang bagaimana hukum seorang wanita yang ditinggal mati suaminya sebelum melakukan hubungan suami-istri, padahal belum juga ditentukan kadar maharnya. Menurut Ibn Masʻūd RA, wanita itu berhak mengambil mahar seperti biasa dari harta peninggalan suaminya, seperti terjadi pada Birwaʻa
SEJARAH PERUNDANGAN PADA MASA KHULAFĀʼ AL-RĀSYIDĪN
93