Page 171 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 171

    PERUNDANGAN ISLAM PEDOMAN HIDUP MUSLIM
    Dalam Tasyrīʻ Rabbānī, kekuasaan adalah amanah yang harus ditunaikan, untuk mencapai keadilan, bukan jabatan kemuliaan yang akan menjadikan penguasa menuntut haknya daripada melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pemimpin. Maka dari itu Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpin.”71
    Kepentingan Tasyrīʻ Rabbānī adalah dalam rangka memelihara agama, menjalankan roda dakwah Islamiyah, menegakkan yang makruf dan menghapuskan yang mungkar, membentengi aqidah umat dan sebagainya.
   Peradaban Islam (Hadhārah Islāmiyyah) dibangun di atas dasar aqidah, berasaskan keadilan dan ketakwaan, mencapai nilai yang tinggi yaitu, “Tidak ada perbedaan antara orang Arab dengan non-Arab kecuali takwa.”72
            7172
HUKUM Islam bersifat (1) diyyani murni (yang tergantung kepada ketaatan individual seorang muslim terhadap hukum agamanya) dan (2) bersifat qadhā’ī (menurut hukum) yang memerlukan lembaga peradilan.73
71 Ibid.
72 Nuʻmān ʻAbd al-Razzāk al-sāmarā’ī, Al-Nizhām al-Siyāsī fī al-Islām, Riyadh:
Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyyah, 1418H, hlm. 21-25.
73 Rifyal Ka‘bah, Hukum Islam di Indonesia: Perspektif NU dan Muhammadiyah, Jakarta: Universitas Yarsi, 199, hlm. 60-62.
  B Sifat Perundangan Islam
 155























































































   169   170   171   172   173