Page 42 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 42

 28
sejarah tamadun islam 2
Yang ketiga pun tidak lebih baik. Kesadaran (awareness) mungkin bisa timbul dari ilmu, tapi ilmu bukan kesadaran. Kita mungkin sadar akan nyamuk yang berada di sekitar kita; tapi itu tidak berarti sama dengan memiliki ilmu tentang nyamuk, kecuali jika kita seorang ahli biologi. Demikian pula, jika ilmu berarti kebiasaan (familiarity), maka kebiasaan menyiratkan ilmu. Namun seringkali tidak demikian halnya. Karena, kita dapati orang-orang yang cukup terbiasa dengan komputer tapi bukan pakar ilmu komputer dan maka mereka memiliki sedikit ilmu, jika memang memilikinya, tentang komputer.13
Selain permasalahan definisi, Barat secara umum membagi istilah ilmu ke dalam dua istilah teknis, yaitu science dan knowledge. Istilah yang pertama diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu fisik atau empiris, sedangkan istilah kedua diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu bukan fisik seperti konsep mental dan metafisika. Istilah yang pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “ilmu pengetahuan”, sementara istilah kedua diterjemahkan dengan “pengetahuan” saja. Dengan kata lain, hanya ilmu yang sifatnya fisik dan empiris saja yang bisa dikategorikan ilmu, sementara sisanya, seperti ilmu agama, tidak bisa dikategorikan ilmu (ilmiah).14
Fenomena seperti itu baru terjadi pada abad modern. Karena sampai abad pertengahan, pengetahuan belum dibeda-bedakan ke dalam dua istilah teknis di atas, istilah pengetahuan (knowledge) masih mencakup semua jenis ilmu pengetahuan. Baru ketika memasuki abad modern yang berlandaskan kerangka positivisme, maka pengetahuan yang terukur
13 Syamsuddin Arif, Mendefinisikan dan Memetakan Ilmu dalam Islam, Bogor: UIKA, 2012.
14 Nashruddin Syarif, Konsep Ilmu dalam Islam, Bogor: UIKA, 2012.
3



























































































   40   41   42   43   44