Page 44 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 44

30
sejarah tamadun islam 2
“Mengetahui sesuatu sesuai dengan apa adanya (yakni sesuai dengan yang sebenarnya) dengan pasti/yakin.”
Kata: (إِ ْدرا ُك ال َّشيء) “Mengetahui sesuatu”, mengecualikan tidak َ
menjawab, “Saya tidak tahu”.
Pengecualian dari kata: (ما ُهو َع َلي ِه) “Sesuai dengan yang
mengetahui sesuatu secara menyeluruh, dan itu dinamakan “Kebodohan yang ringan” (َا ْل َجه ُل َا ْلب ِسي ُط ), misalnya seseorang
َْْ ●
ditanya, “Kapankah terjadinya perang Badar?” Lalu dia
ََْ
sebenarnya” adalah mengetahui sesuatu yang bertentangan
ََْ ُ الهل( dengan keadaan sebenarnya. Ini yang dinamakan
ْ Kebodohan yang bertingkat”, misalnya seseorang“ ) َا ْلمر َّكب
َُُ●
ditanya, “Kapankah terjadinya perang Badar?”, Lalu dia
●
menjawab, “Pada tahun ketiga Hijriah”. Padahal yang benar perang Badar terjadi pada tahun kedua Hijriah.
Pengecualian dari kata: (إِ ْد َرا ًكا َجا ِز ًما) “Dengan pengetahuan yang kukuh” adalah mengetahui tentang sesuatu dengan pengetahuan yang tidak kukuh. Maksudnya, ada kemungkinan padanya (bahwa yang benar) tidak sesuai dengan apa yang ia ketahui, maka tidak dinamakan sebagai ilmu. Kemudian jika kuat satu kemungkinan dari kemungkinan yang berlawanan, maka yang kuat disebut sebagai zhann (َظ ّن ) dan yang lemah disebut sebagai wahm (َوهم ), dan jika kedua kemungkinan itu sama, maka disebut sebagai syakk (َش ّك ). Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa hubungan pengetahuan terhadap sesuatu itu adalah sebagai berikut:
‘Ilm (ِع ْل ٌم ): Yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya dengan kukuh.
a
b َْْ
Jahl Basīth (َجه ٌل ب ِسي ٌط ): Yaitu bentuk kejahilan yang bersifat sederhana.


















































































   42   43   44   45   46