Page 43 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 43
secara empiris dikhususkan dengan penyebutan scientific knowledge atau science saja.15
Islam tentu saja tidak mengenal pemenggalan zaman menjadi abad klasik, pertengahan dan modern. Karena di dalam Islam tidak pernah terjadi tarik-ulur yang dahsyat antara akal dan iman, atau antara kekuasaan dunia dan kekuasaan agama. Islam juga tidak mengenal renaissance yang ditandakan dengan terbebasnya alam pikiran manusia dari kungkungan penguasa agama. Karena dari sejak awal kelahirannya, antara agama, akal dan indra, ketiganya berjalin dengan sangat baik. Konsekuensinya, tidak akan ditemukan pergeseran definisi ilmu dalam khazanah pemikiran Islam seperti yang terjadi di dunia Barat. Dari sejak awal dan sampai sekarang, ilmu dalam Islam mencakup bidang-bidang fisik juga bidang- bidang bukan fisik.16
2. Ilmu Menurut Perspektif Islam
Beragam definisi ilmu telah dikemukakan oleh para ulama Islam, namun dari sekian banyak definisi yang muncul ke permukaan intinya sama, bahkan saling menguatkan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, akan dibahas beberapa definisi ilmu berikut ini:
1. Muḥammad ibn Shāliḥ al-Utsaimīn, dalam al-Ushūl min Ushūl al- Fiqh mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan apa adanya (yakni sesuai dengan yang sebenarnya) dengan pasti. Beliau berkata:
ًَِِِّ إدرا ُك ال ْشء َع َل ما ُهو َع َلي ِه إدراكا جازما.
15 Lihat Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, terj. Musa Kazhim dan Saleh Bagir, Buku Daras Filsafat Islam, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 24, Mulyadhi Kartanegara, Panorama Filsafat Islam, hlm. 58, dan Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, hlm. 26.
16 Nashruddin Syarif, Konsep Ilmu dalam Islam, Bogor: UIKA, 2012. sejarah tamadun islam 2
َْ ًََََْْ
29