Page 61 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 61

 pokok ‘aqīdah, ‘ibādah, dan sulūk/akhlāq.37 Sementara fardh kifāyah adalah yang selebihnya dari itu.
Terkait hierarki ini, Ibn Taimiyyah menegaskan bahwa walaupun kedua jenis ilmu itu diakui sebagai ilmu, akan tetapi tetap kategori “ilmu yang bermanfaat” seperti yang sering diisyaratkan Rasulullah SAW adalah ilmu yang bersumber pada wahyu.38 Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu, asas kemanfaatannya akan ada jika tidak bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Lebih jelasnya bisa disimak dari penjelasan Al-Attas tentang hierarki ilmu. Menurutnya, hubungan antara kedua kategori ilmu pengetahuan, antara ilmu agama dan dunia adalah sangat jelas. Yang pertama menyingkap rahasia Kewujudan (Being and Existence), menerangkan dengan sebenar-benarnya hubungan antara diri manusia dan Tuhan, dan menjelaskan maksud dari mengetahui sesuatu dan tujuan kehidupan yang sebenarnya. Konsekuensinya, kategori ilmu pengetahuan yang pertama harus membimbing yang kedua. Jika tidak, ilmu pengetahuan kedua ini akan membingungkan manusia dan secara terus menerus menjebak mereka dalam suasana pencarian tujuan dan makna kehidupan yang meragukan dan salah. Mereka yang dengan sengaja memilih cabang tertentu dari kategori kedua dalam upaya meningkatkan kualitas diri mereka, Al-Attas menegaskan ulang, harus dibimbing oleh pengetahuan yang benar dari kategori pertama.39
C. Tradisi Keilmuan Islam
Islam telah menggalakkan pemeluknya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat. Tradisi keilmuan Islam telah lahir dari Masjid Rasulullah SAW di Madinah. Di Masjid Rasulullah SAW terdapat ramai sahabat beliau yang dipanggil Ashḥāb al-Shuffah (ahli beranda) yang telah membaktikan
37 Al-Ghazālī, Iḥyā’‘Ulūm al-Dīn, hlm. 25-27.
38 Ibid, jil. 6, hlm. 388.
39 Wan Daud, The Educational Philosophy, hlm. 115.
sejarah tamadun islam 2
47

























































































   59   60   61   62   63