Page 81 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 81

 keilmuan. Dengan memahami kerangka Islamisasi Al-Attas, menurut Alparslan, kita dapat memberikan kata sifat “Islami” kepada sains atau kepada aktivitas manusia yang lain seperti ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Secara mendasar, istilah ‘ilmu’ yang selalu digunakan secara bergantian dengan ‘sains’ telah membawa nilai-nilai Islam, karena perkataan ilmu itu sendiri menunjukkan salah satu sifat Allah Yang Maha Mengetahui yakni ‘alīm. Dengan demikian, kerangka Islamisasi perlu diaplikasikan kepada Sains Kontemporer yang telah mengalami pendangkalan nilai-nilai rohani yang disebabkan program sekularisasi telah mencatut (mencabut) keaslian ilmu yang secara tradisi telah terkandung di dalamnya ciri-ciri ketuhanan.
Dimaklumi bersama bahwa tidak semua cara pandangan alam yang dapat menghasilkan sains. Oleh itu, di dalam membincangkan sains di dalam Islam yang nantinya diistilahkan dengan ‘Sains Islam’, kita perlu melihat kepada unsur-unsur apa saja yang dapat melahirkan sains. Dari sini, terdapat tiga fase, menurut Alparslan, yang akhirnya melahirkan sebuah disiplin ilmu di dalam tradisi keilmuan Islam sebagaimana berikut:68
Fase dekadensi moral yang lahir dari era jahiliah
Fase tantangan sastrawan jahiliah melalui karya-karya literatur puisi
Fase menghadapi tantangan tradisi sains dan filsafat Yunani
Ketiga-tiga tantangan di atas, menurut Alparslan, telah melahirkan sekelompok ilmuwan yang bersedia menanggapi dengan cara yang terancang dan tersusun, dengan itu lahir dengannya tradisi keilmuan Islam. Walaupun tiada catatan berkenaan respon mereka yang tersusun
68 Alparslan Acikgenc, Islamic Scientific Tradition in Islam, hlm. 63. sejarah tamadun islam 2
•
•
•
67























































































   79   80   81   82   83