Page 79 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 79

 yang mendasar di dalam membentuk perbendaharaan ilmu menurut tradisi Islam. Perkara ini bisa dilihat dalam karya- karya agung ulama dari berbagai disiplin ilmu seperti fiqh, kalam, tasawuf, filsafat dan turunannya dalam etika, politik, kemasyarakatan, seni, arsitektur dan keterampilan- keterampilan yang bersifat praktis.
F. Permasalahan Istilah “Sains Islam”
Melihat kepada perkembangan sains dalam sejarah peradaban Islam, penambahan kata “Islam” kepada sains adalah perkembangan mutakhir yang tidak dijumpai pada abad-abad pertama dan pertengahan penyebaran Islam. Penambahan kata “Islam” kepada sains dalam tradisi keilmuan Islam terjadi setelah munculnya berbagai unsur-unsur asing yang berasal dari budaya Barat. Akibat dari itu, cendekiawan Muslim merasa perlu untuk memberi tanggapan dan reaksi dengan menamakan disiplin- disiplin ilmu dalam tradisi keilmuan Islam dengan penambahan kata “Islam” sebagai contoh sains Islam, ekonomi Islam, etika Islam dan lain sebagainya. Walau bagaimanapun, seperti disinyalir (diingatkan) oleh Alparslan bahwa kualifikasi “Islam” kepada setiap disiplin dan aktivitas ilmu tersebut belum ditinjau secara kritis sehingga saat ini.66 Namun demikian, beliau berpendapat perkara tersebut adalah keniscayaan bersifat alami yang timbul dari usaha agar dapat membedakan antara tradisi keilmuan Islam dan bukan Islam.67
Alparslan melanjutkan argumennya, untuk memperjelas maksud dari penambahan kata sifat “Islam” kepada aktivitas keilmuan, maka perlu melihat kepada kerangka Islamisasi yang telah diajukan oleh Prof. SMN Al-Attas.
Menurut beliau juga, kemungkinan akan muncul masalah jika suatu aktivitas keilmuan secara epistemologi disandarkan semata-mata kepada
66 Alparslan Acikgenc, Islamic Scientific Tradition in Islam, hlm. 5. 67 Ibid.
sejarah tamadun islam 2
65



























































































   77   78   79   80   81