Page 20 - Kompendium Katekismus Gereja Katolik
P. 20
16 Bagian Satu:Pengakuan Iman
3. Bagaimana mungkin manusia mengenal Allah hanya melalui terang
akal budinya?
31-36 Dengan bertolak dari ciptaan, yaitu dari dunia dan pribadi manusia, hanya
46-47 melalui akal budinya manusia dapat mengenal Allah secara pasti sebagai asal
dan tujuan alam semesta, sebagai kebaikan tertinggi, dan sebagai kebenaran dan
keindahan yang tak terbatas.
4. Apakah terang akal budi saja sudah memadai untuk mengenal misteri
Allah?
37-38 Jika hanya melalui terang akal budi saja, manusia mengalami banyak
kesulitan untuk mengenal Allah. Dengan kekuatannya sendiri, manusia sungguh-
sungguh tidak mampu masuk ke dalam kehidupan intim misteri ilahi. Karena
itu, manusia membutuhkan pencerahan melalui wahyu; tidak hanya untuk
hal-hal yang melampaui pemahamannya, tetapi juga untuk kebenaran religius
dan moral, yang sebenarnya tidak melampaui daya tangkap akal budi manusia.
Bahkan dalam kondisi saat ini, kebenaran-kebenaran tadi dapat dipahami dengan
mudah oleh semua manusia, secara pasti, dan tanpa kesalahan.
5. Bagaimana kita dapat bicara tentang Allah?
39-43 Sebagai titik tolak, kita berbicara tentang kesempurnaan manusia dan ciptaan
48-49 lainnya, yang – meskipun terbatas – merupakan cerminan kesempurnaan Allah
yang tak berkesudahan. Namun, kita perlu terus-menerus memurnikan bahasa kita
sejauh itu mungkin walaupun harus kita sadari bahwa kita tidak akan pernah dapat
mengungkapkan misteri Allah yang tak terbatas.
BAB DUA
AllAh DATANG UNTUK MENjUMPAI MANUSIA
PEWAHYUAN ALLAH
6. Apa yang diwahyukan Allah kepada manusia?
50-53 Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah mewahyukan Diri. Melalui
68-69 sabda dan karya, Allah mewahyukan Diri dan rencana-Nya yang berasal dari cin-