Page 99 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 99
Toponim Kota Yogyakarta 81
5. Kampung Sutodirjan
Kampung Sutadirjan terletak di sisi barat Kampung Jayanegaran atau lebih pasnya di
tikungan barat jalan sebelah utara Pasar Pathuk yang terkenal dengan pusat oleh-oleh
khas Yogyakarta. Atau, berada di selatan Kampung Kemetiran. Dari penggalian sumber
pustaka lama, terdapat dua versi terkait asal-usul Kampung Sutadirjan. Pertama,
merujuk pada akar kata terdiri dari “suta” dan “dirja”. Menurut kamus Kawi-Jarwa
anggitan Dirjasupraba (1931), istilah suta memuat arti: anak, sedangkan dirja diartikan
slamêt (selamat).
Kamus lain, Wintêr dalam buku Têmbung Kawi Mawi Têgêsipun tahun 1928 menyurat
lema dirja dengan arti langkung raharja (lebih sejahtera). Dari pemahaman ini, bisa
dimengerti nama sutadirja mengandung maksud anak yang selamat dan lebih makmur
kehidupannya. Orang Jawa klasik memang sering membungkus doa dalam sebuah
nama sebagai upaya pengharapan pada Tuhan.
Kedua, kawasan tersebut pada periode kerajaan terdapat tokoh penting istana yang
bernama Sutadirja. Benar bahwa kampung ini berada di sekitar ndalem abdi dalem
keraton bernama KRT. Sutadirja. Keberadaan dalem tersebut di Jalan Kemetiran atau
sebelah timur ndalem Natayudan. Sekarang jejaknya sudah lenyap, bersalin menjadi
sekolah SMK Negeri. Secara teoritis, siapapun yang berhasil masuk lingkaran istana atau
mempunyai pangkat di kerajaan, pastinya disegani oleh orang di sekitarnya. Lantaran
dianggap berwibawa dan tinggi status sosialnya, tidak mengherankan masyarakat
sekitar mengabadikan nama tokoh ini sebagai tetenger kawasan. Dulu, nama Sutadirja
tidak aneh terdengar di telinga masyarakat Jawa. Dengan demikian, versi kedua ini
yang lebih logis sebagai riwayat awal nama Kampung Sutadirjan.
Tokoh kontemporer yang hidup di Kampung Sutadirjan, yakni Martinus Doel Wahab,
yang usianya menginjak 80an tahun. Beliau merupakan pionir Barongsai di kampung
tersebut. Kesukaan beliau terhadap Barongsai dimulai sejak berumur 12 tahun.
Sepulang sekolah ia selalu melewati Hohab atau tempat latihan Barongsai untuk warga
keturunan Tionghoa. Tepatnya di seputaran kampung yang sekarang menjadi pusat Toko
Ramai Mall. Mulai dari situlah lelaki ini menaruh minat untuk menekuni Barongsai
sekaligus berlatih silat.
Awal memilih Barongsai sebagai jalan hidup, ketika tahun 1991 Pak Doel pensiun dari