Page 94 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 94
76 Toponim Kota Yogyakarta
3. Gandekan Lor
Ditelusuri dari tuturan lokal yang terwariskan secara lisan, riwayat Kampung
Gandekan Lor berasal dari sebutan salah satu jenis petugas abdi dalem kerajaan. Muasal
katanya adalah gandek. Tahun 1939, Poerwadarminta dalam Bausastra Jawa menerangkan
gandek adalah abdi dalêm kang pinatah nglantarake dhawuh (pelayan istana yang bertugas
menyampaikan atau menyalurkan perintah dari majikannya). Mundur ke belakang,
tahun 1903 sastrawan Padmasusastra melalui kamus Jarwa Kawi menyebutkan lema
gandhèk artinya ngêmban timbalaning ratu (mengemban perintah berupa undangan raja).
Dalam struktur birokrasi kerajaan, memang ada petugas khusus bernama gandek yang
diperintahkan penguasa untuk memanggil seseorang agar menghadap ke keraton.
Perintah dari pembesar ini bisa disampaikan melalui lisan maupun surat.
Dalam Pusaka Jawi terbitan Java Instituut (1929) terkabarkan posisi abdi dalem gandek
yang tidak hanya diisi oleh kaum lelaki, namun juga perempuan: Ingkang kilèn piyambak
winastan gandhekan. Dhapuripun griya wau mawi pandhapi, pasowananipun abdi dalêm
gandhèk èstri, ingkang rumêksa angrakit agêm dalêm pagantenan. Terjemahan bebasnya:
yang paling barat disebut Gandhekan. Bentuk rumah tersebut terdapat pendapa sebagai
tempat sowan abdi dalem gandhek estri, yang merawat dan menyediakan pagantenan
(tempat sirih).
Kampung Gandekan merupakan fenomena umum dalam kerajaan Jawa. Ringkes
dalam Layang Basa Sala (1911) mengemukakan perkampungan Gandekan: Boya ngalih
maksih pèntên ing kampung Gandhekan kapan bêsaos, lèr margi cakêt kalihan wismane lama.
Terjemahan bebasnya: Tidak berpindah masih bercerita di Kampung gandhekan kapan
saja, sebelah utara jalan dekat dengan rumahnya yang dahulu.
Nyata bahwa Kampung Gandekan Lor di masa lampau ditinggali abdi dalem gandek. Di
mata masyarakat, ia dihormati karena mengabdi (dekat) kepada raja. Atas penghormatan
inilah, masyarakat lekas menamakan ruang sosial yang ditempati gandek dengan sebutan
Kampung Gandekan Lor.