Page 198 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 198
180 Toponim Kota Yogyakarta
Ki Ageng Mangir menurut cerita tutur yang yang diceritakan turun-temurun dalam
masyarakat Jawa adalah pemimpin di tanah perdikan Mangir yang tidak mau tunduk
di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, Panembahan Senapati
memerintahkan putrinya, Sekar Pembayun, untuk mencari kelemahan dari Ki
Ageng Mangir agar Panembahan Senapati dapat menundukkannya. Sekar Pembayun
kemudian menyamar sebagai penari keliling. Pada suatu hari mereka bertemu dan Ki
Ageng Mangir jatuh cinta kepada Sekar Pembayun sehingga akhirnya mereka menikah.
Setelah Sekar Pembayun hamil beberapa bulan, barulah ia memberi tahu kepada Ki
Ageng Mangir bahwa Panembahan Senapati adalah ayahnya dan ia mengajaknya untuk
datang menghadap ke Mataram. Mau tidak mau Ki Ageng Mangir menuruti kemauan
istrinya itu. Pada saat menghadap Panembahan Senapati ia kedapatan membawa senjata
sehingga kepalanya kemudian dibenturkan oleh Panembahan Senapati di singgasananya
karena dianggap sebagai suatu tindakan makar terhadap Mataram. Bekas benturan
kepala Ki Ageng Mangir itu sekarang masih dapat dilihat di Situs Watu Gilang yang
terletak 20meter sebelah tenggara dari kompleks Makam Raja-Raja Mataram.
Foto Situs Watu Sumber: Koleksi KITLV No. 7565
Gilang di Kotagede.
Foto diterima oleh
Rouffaer dari Kapten
A. de Bruyn pada 25
Agustus 1925. Situs
ini sekarang berada di
Kampung Dalem yang
secara administratif
masuk ke dalam
wilayah Purbayan.

