Page 117 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 117

Karena kita tidak pernah dapat mengetahui, setidaknya dengan pasti, apa Kehendak

                   Tuhan yang akan terjadi untuk masa depan.

                       Argumen ketiga, dengan memanfaatkan konsep sebab-sebab efisien dan teleologis

                   Aristoteles,  Ibnu  Taimiyyah  menyatakan,  “Takdir  adalah  kehendak  Tuhan
                   menjadikan  segala  sesuatu  terjadi  dan  merupakan  sebab  efisien  bagi  semua.

                   Sebaliknya  perintah  Tuhan,  meskipun  ia  mengandaikan  Kehendak  tersebut,  secara

                   khusus berkaitan dengan masa depan, bukan dengan apa yang telah terjadi, tetapi
                   apa  yang  harus  terjadi.”  Karena  itu,  perintah  tersebut  diarahkan  kepada  kehendak

                   manusia  dalam  hubungannya  dengan  apa  yang  diharapkan  akan  muncul  di  dunia.
                   Perintah tersebut adalah syari‟ah. Manusia, sebagai agen yang berpikir dan aktif di

                   dunia,  karenanya,  dituntut  untuk  mengimplementasikan  syari‟ah  dalam  konteks
                   sejarah. Manusia diijinkan untuk menggunakan dan turut campur dengan kerja alam,

                   meskipun beriman kepada Yang Maha Kuasa, bahkan kepada Kehendak Tuhan yang

                   bertujuan harus tetap ada di balik pikiran mereka.

                       Demikian konsep Ibnu Taimiyyah, Pemikiran Ibnu Taimiyyah seperti dikatakan

                   Ibrahim Madzkur, adalah sebagai berikut :


                             a.  Sangat berpegang teguh pada nash (Al-Qur‟an dan Al-Hadits).

                             b.  Tidak memberikan ruang gerak kepada akal..


                             c.  Berpendapat bahwa Al-Qur‟an mengandung semua ilmu agama.

                             d.  Di  dalam  Islam  yang  diteladani  hanya  tiga  generasi  saja  (sahabat,

                                 tabi‟in dan tabi‟iut tabi‟in).

                             e.  Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap

                                 mentanzihkan- Nya.

                       Ibnu Taimiyyah mengkritik Imam Hambali yang mengatakan bahwa kalamullah

                   itu  qadim,  menurut  Ibnu  Taimiyyah  jika  kalamullah  qadim  maka  kalamnya  juga

                   qadim. Ibnu Taimiyah adalah seorang tekstualis oleh sebab itu pandangannya oleh Al-
                   Khatib  Al-  Jauzi  sebagai  pandangan  tajsim  Allah  (antropomorpisme)  yakni

                   menyerupakan  Allah  dengan  makhluk-Nya.  Oleh  Karena  itu,  Al-Jauzi  berpendapat

                   bahwa pengakuan Ibnu Taimiyyah sebagai Salaf perlu ditinjau kembali.

                       Berikut ini merupakan pandangan Ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah :




                                                           109
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122