Page 43 - BUKU KENANGAN PSI 71 (FINAL)_Neat
P. 43
Ngga ada lu ga rame
Pesan Terakhir Guru, Profesor, dan Pembimbingku
Pada tanggal 31 Agustus 1988, di Kampus Dago Pojok, saya bertemu
dengan almarhum Prof. Dr. Mar’at, dan diajak berbicara secara pribadi di ruang
kerja beliau. Ucapan pertama yang terucap dari beliau adalah: “Zul hampura
saya”. Sayapun kaget, dan segera saya sambung dengan: “Pak sayapun juga
mohon maaf, karena suka membantah”. Lalu beliau lanjutkan dengan
perkataan: “Zul, saya nitip Fakultas”. Saya tanyakan beliau kenapa saya pak?
Saya sebutkan satu-persatu senior saya. Beliau hanya menggelengkan kepala.
Dan tetap titip ke saya. Saya hanya bisa terdiam dan mengangguk, baik pak.
Sekalian saya pamitan karena besoknya saya harus pergi melanjutkan studi saya
di Asian Institute of Technology”. Satu minggu kemudian beliau wafat (mohon
baca Al Faatihah, dan kita do’akan beliau, agar diterima disisi Allah SWT. Aamiin
YRA).
Ketika saya terpilih menjadi Dekan Fakultas Psikologi Unpad, saya
teringat pesan beliau, ini dia pesannya yang harus dijalankan. Pada saat
menjabat Dekan, Fakultas kita paling miskin dalam pendapatan dan sarana
(suasana saat itu antar Fakultas bersaing). Saya merasa mendapat pertolongan
dari Allah SWT, pada saat itu berbagai program saya kerjakan. Program S-2
profesi psikolog menjadi hal yang berkesan. Sekembalinya saya dari Belanda,
lalu menghadiri rapat antar Dekan Psikologi se Indonesia, saat itu saya
sampaikan bahwa Program Psikolog bukan S-1+, tetapi S-2 (sambil saya cerita
di luar negeri dan buku yang saya bawa). Saat itu saya ditentang oleh UGM, yang
lainnya diam, tetapi UI dukung saya. Kesimpulannya tahun 2002 hanya Unpad
dan UI yang menjadikan program Profesi Psikolog setara S-2, tidak seperti
pendidikan dokter S-1 plus, dan hingga sekarang, uang yang masuk cukup besar.
Ketika saya diangkat menjadi Pembantu Rektor Unpad, uang Fakultas cukup
besar, dan tidak lagi paling miskin, masuk ke kelas menengah - atas.
Mendapatkan gedung ke 3 di Jatinangor, yang dijanjikan sejak pindah.
Dekan sebelum saya berusaha untuk memperoleh gedung, setiap rapat Rektor
dengan Dekan selalu diucapkan. Ketika saya Dekan, saya rubah strateginya,
yaitu dengan menghadap Rektor, dan membicarakannya. Alhamdulillah ada
hasilnya. Saya berpikir “jangan membuat orang lain tidak enak “ didepan rapat.
Demikian pula dengan lahan di bekas asrama Rengganis (jalan Dago 438).
TB. ZULRISKA ISKANDAR
50 Tahun Persahabatan PSI71 28