Page 126 - Buku Paket Kelas 11 Agama Khonghucu
P. 126
yang menjadi harkat kemanusiaan, maka di satu pihak kemanusiaan
memiliki benih-benih cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana, dan di lain pihak manusia tidak dapat bebas dari perasaan gembira, marah, sedih, dan senang/suka.
Kenyataan ini meyakinkan kita bahwa hidup ini didukung oleh Gui atau Nyawa yang memungkinkan berkembangnya kehidupan lahiriah, dan oleh Shen atau Roh yang memungkinkan berkembangnya kehidupan batiniah atau kehidupan rohani yang menjadi hakikat hidup manusia.
Dalam Kitab Shijing XXIV: 1 dinyatakan: “Raja Wen nampak di atas, gemilang di langit, naik turun di kiri kanan Tian”. Ayat ini menyatakan bahwa seorang yang suci hidupnya, memenuhi baik-baik kewajiban hidup sebagaimana yang Tian Firmankan, rohnya akan pulang dalam keadaan gemilang kepada Tian.
Kewajiban menghormati leluhur atau orangtua yang meninggal dunia, dalam iman Agama Khonghucu berlandas kewajiban Laku Bakti yang wajib dikerjakan sesuai dengan keimanan kelima dari delapan ajaran Iman, Chengyang Xiaosi, yaitu Iman tentang perwakilan orangtua atas anak-anaknya; atau sepenuh iman memumpuk cita berbakti.
Pada waktu seorang umat Konfusiani merangkapkan kedua tangan dalam satu genggaman di dalam melakukan persujudan, mengandung makna yang harus dihayati yaitu: “Aku selalu ingat Tian Yang Maha Esa menjadikan/menjelmakan aku menjadi manusia melalui perantara ayah dan bunda. Manusia wajib mengamalkan Delapan Kebajikan, yakni: berbakti, rendah hati, satya, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran/keadilan, suci hati dan tahu malu”.
Di dalam iman Konfusiani dihayati bahwa laku bakti itulah pokok dari segala perilaku kebajikan; karena bila hal itu tegak, maka jalan suci itu akan tumbuh dengan sendirinya. Laku bakti dan rendah hati itulah pokok pericinta kasih. (Lunyu. I:2). Oleh sebab itu, kepada para muridnya, Nabi Kongzi berpesan, ”Kepada orangtua saat hidup
120 Kelas XI SMA/SMK