Page 93 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 93
kita bahas dalam Bab 1, gereja perdana adalah gereja yang terbuka, gereja yang merangkul semua pihak yang tersingkirkan. Gereja ternyata adalah sebuah komunitas yang revolusioner dan mengakui kepemimpinan perempuan di gereja.
1. Kepemimpinan perempuan
Kini sudah banyak gereja yang mengakui perempuan sebagai pemimpinnya. Baru-baru ini, Gereja Anglikan di Inggris mengambil keputusan untuk membolehkan perempuan menjadi uskup mereka. Namun demikian, masih ada gereja-gereja yang belum dapat menerima perempuan sebagai pendeta mereka. Untuk mendukung pernyataan bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin gereja, beberapa pemimpin Kristen mencoba mencari alasan teologisnya. Ada yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pendeta karena Yesus hanya memanggil laki-laki sebagai murid-murid-Nya. Sebagai pemimpin ibadah, pendeta berdiri sebagai wakil Yesus. Oleh karena Yesus laki-laki, maka hanya laki-laki sajalah yang paling tepat berdiri sebagai wakil Yesus di dalam kebaktian. Ada juga yang mengutip kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 14: 34:
Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan- perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
Ayat lain yang juga sering digunakan untuk menolak perempuan menjadi pendeta adalah 1 Timotius 2: 11–12: ”Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.”
2. Peribadahan
Masalah lain yang berkaitan dengan tradisi adalah penggunaan alat- alat musik dalam kebaktian. Alat musik apakah yang layak dan tidak layak dipergunakan? Dari warisan tradisi kebaktian yang diturunkan oleh para misionaris Belanda, banyak gereja di Indonesia hanya menggunakan piano dan organ untuk mengiringi nyanyian jemaat. Alat-alat musik yang lain dianggap tabu. Misalnya, gitar dianggap tidak layak dipergunakan dalam kebaktian. Begitu pula alat-alat musik tradisional seperti gamelan atau gondang Batak dianggap tidak boleh dimainkan dalam kebaktian-kebaktian di gereja karena dianggap sebagai musik orang kafir. Akan tetapi, sekarang pandangan itu sudah berubah. Oleh karena itu, sekarang kita melihat banyak sekali gereja yang mengembangkan musik kreatif dengan alat-alat musik yang diangkat dari tradisi setempat. Semua ini membuat ibadah menjadi semakin
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
85